REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSEL - Uni Eropa telah meminta kepada negara-negara anggotanya untuk memeriksa kemungkinan radiasi pada makanan impor dari Jepang. Hal ini menyusul krisis nuklir di Negari Sakura itu.
"Satu rekomendasi telah dikeluarkan melalui sistem peringatan cepat pada makanan dan pangan hewan yang merupakan sistem pertukaran informasi keamanan pangan Eropa,'' kata juru bicara Komisi Eropa untuk urusan kesehatan, Frederick Vincent.
Nasehat itu dikeluarkan pada Selasa (15/3). Uni Eropa meminta pemerintah-pemerintah melakukan pengawasan untuk memberitahu ke 27 negara anggota EU jika tingkat radiasi telah melampaui tingkat normal.
Penerapan pengawasann pada sejumlah kecil produk, kata Vincent, menunjukkan bahwa Uni Eropa telah mengimpor 9.000 ton buah dan sayuran dari Jepang pada 2010. ''Uni Eropa juga mengimpor sejumlah kecil ikan,'' katanya.
Ketakutan akan terjadinya bencana nuklir telah bertambah ketika Jepang berjuang untuk mengatasi krisis di Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima. Reaktor nuklir tersebut telah dihantam oleh serangkaian ledakan setelah gempa melanda sistem pendinginan reaktor.
Komisaris Energi Eropa, Guenther, menyampaikan kekhawatiran bahwa situasinya dapat memburuk. Mereka memperingatkan bahwa situasi telah di luar kendali. "Kami sangat banyak mengkhawatirkan dan amat sedih atas gambar-gambar yang kami saksikan dari Jepang. Kami kira belum pada akhir dari rentetan kejadian tragis dan mendatangkan bencana yang luas,'' kata Guenther. "Dalam beberapa jam yang akan datang, bisa ada kejadian-kejadian katastropik lagi yang dapat menimbulkan ancaman pada hidup orang-orang di kepulauan itu. Situasinya di tangan Tuhan.''