REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK- Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sepekan terakhir ini terus menyalurkan bantuan bagi Jepang, negara yang sedang bergelut untuk bangkit kembali setelah dihantam tiga bencana besar hingga menewaskan ribuan warga setempat.
Pusat media di Markas Besar PBB, New York, Jumat, mengungkapkan badan PBB urusan telekomunikasi, International Telecommunication Union (ITU), telah mengirimkan peralatan darurat ke wilayah-wilayah di Jepang yang terkena dampak tsunami.
Peralatan-peralatan tersebut dikerahkan untuk membangun kembali lalu lintas komunikasi yang dibutuhkan dalam upaya penyelamatan para korban dan pemulihan kondisi pascaterjadinya bencana. Peralatan yang dimaksud antara lain berupa 78 telepon satelit Thuraya --yang dilengkapi dengan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan korban--, 13 telpon satelit Iridum serta 37 terminal Inmarsat Broadband Global Area Network.
Hingga kini setidaknya 5.000 orang dan 9.000 lainnya masih dinyatakan hilang dalam bencana di Jepang, yang sebagian besar karena terjangan tsunami di timur laut Jepang, terutama di wilayah Sendai.
Di bidang teknologi, Yukiya Amano --Direktur Jenderal Badan PBB Urusan Pengawasan Nuklir, International Atomic Energy Agency (IAEA) yang bermarkas di Wina, Austria-- dilaporkan telah siap berangkat ke Jepang guna melakukan penilaian tentang apa yang bisa dilakukan IAEA dalam membantu pembangkit nuklir Fukushima Daiichi.
Tak lama setelah gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Jepang pada Jumat (11/3) pekan lalu, telah menyebabkan reaktor nuklir yang ada di negeri itu kehilangan daya pada sistem pendinginnya hingga kemudian terjadi ledakan, kebocoran radiasi serta kemungkinan kontaminasi lebih jauh.
Badan PBB Urusan Meteorologi, World Meteorological Organization (WMO), yang telah mengaktifkan mekanisme Tanggap Darurat Lingkungan, disebutkan saat ini tengah mengawasi arah angin serta kemungkinan arah bergeraknya gumpalan radioaktif dari pembangkit nuklir Jepang tersebut.
Sementara itu, dalam membantu ribuan korban selamat yang tinggal dalam keadaan kedinginan --tidak ada pemanas, air maupun sarana kebersihan--, badan PBB urusan pangan, World Food Program (WFP) terus mengerahkan ahli-ahlinya di bidang logistik dan manajemen jaringan persediaan untuk mempercepat penyaluraqn bantuan-bantuan darurat ke tangan para korban.
WFP telah mulai membantu penyaluran 60.000 selimut untuk para warga di wilayah bencana, sementara saat ini diperkirakan masih ada 23.000 orang lainnya yang belum dapat tersentuh bantuan karena kondisi alam yang masih sulit ditembus.