REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 33 pekerja wanita WNI di pabrik pengolahan makanan 'Kawamura' di Kesennuma yang dievakuasi Tim Relief III KBRI Tokyo, telah tiba di Sekolah RI Tokyo (SRIT), setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam. Menurut Sekretaris III KBRI Tokyo Jane Runkat dalam siaran pers, Jumat (18/3), Tim Relief IV KBRI Tokyo juga telah berangkat menuju Kesennuma, untuk mengevakuasi sekitar 38 ABK WNI yang selamat.
Kesennuma berjarak 500 km dari Tokyo. Daerah ini merupakan yang paling parah terkena dampak tsunami pada hari Jumat (11/3). Dilaporkan bahwa pabrik 'Kawamura' tempat bekerja 33 WNI telah hancur diterjang tsunami. Para pekerja berusaha untuk menyelamatkan diri, sehingga hanya mengenakan pakaian yang melekat di badan selama empat hari. Mereka tidak membawa barang apapun, termasuk dokumen penting.
Sejak tsunami menerjang pada hari Jumat, mereka berada di pengungsian hanya dengan seragam dan sepatu 'boots' pabrik. Pengaturan upaya evakuasi atau kepulangan 33 WNI ini ke Jakarta selanjutnya akan dibahas KBRI Tokyo dengan wakil dari perusahaan tempat para WNI ini bekerja. Pada Kamis (17/3), siang Tim Relief IV KBRI Tokyo telah berangkat menuju Kesennuma, untuk mengevakuasi sekitar 38 ABK WNI yang selamat. Dijadwalkan tim akan tiba di SRIT pada Jumat pagi atau siang hari.
Dalam upaya terus menerus mencari kabar keberadaan ABK WNI, KBRI Tokyo telah memperoleh kabar selamatnya 17 ABK kapal 'Yahata Maru No. 35' yang sebelumnya hilang kontak sejak Jumat (11/3). Konfirmasi selamat diperoleh dari Japan Tuna Fisheries Corporation.
Ke-17 ABK 'Yahata Maru No. 35' adalah: 1. Untung Susilo, 2. Wasis, 3. Sholikin, 4. Abdillah, 5. Khairudin, 6.
Sutrisno, 7. Yanto, 8. Ayi Rohimat, 9. M. Sutisna, 10. Jamasari, 11. R. Zulkarnaen, 12. Dulkohar, 13. Kusmoro, 14. Hasan Sadikin, 15. Nur Aksan, 16. Dedy Diarmanto, 17. Isminov Zubeir
Sebelumnya, 15 WNI di wilayah Fukushima telah dievakuasi ke SRIT dan tiba pada hari Rabu malam. Ke-15 WNI tersebut berada dalam radius 40-60 km dari PLTN Fukushima. Hingga hari Kamis pagi, Pemerintah Jepang masih menetapkan radius 20 km sebagai wilayah wajib evakuasi, sementara warga dalam radius 30 km diminta tetap tinggal dalam ruangan dan menutup pintu serta jendela.
Sementara itu, upaya pendinginan reaktor PLTN Fukushima I (Daiichi) terus dilakukan oleh Pemerintah Jepang dan TEPCO, operator PLTN Fukushima. Pada Kamis pagi, dua helikopter militer telah mencurahkan 7 ton air laut, dalam empat kali penerbangan, ke atas reaktor No. 3, namun upaya ini hanya sedikit saja menurunkan temperatur reaktor.
Pada Kamis sore, Pemerintah Jepang akan menambah upaya pendinginan dengan menyertakan truk pemadam dari 'Self-Defense Forces'. Kondisi PLTN Fukushima ini menyebabkan terganggunya suplai listrik untuk Tokyo dan sekitarnya. Rata-rata masyarakat Tokyo menanggapi masalah ini dengan tenang dan turut membantu menurunkan beban listrik dengan menghemat penggunaan lampu dan alat elektronik.
Hal ini juga dilakukan oleh toko-toko dan restoran, misalnya, dengan mematikan unit mesin pemanas atau hanya menyalakan sedikit lampu. Meski pasokan logistik belum lancar, namun warga tetap mengantre dengan sabar untuk membeli bahan logistik yang dijatah.