Jumat 18 Mar 2011 15:52 WIB

Krisis Nuklir Menggawat, Jepang Minta Bantuan AS

Bagaian atas Unit nomor 4, PLTN Fukushima Dai-ichi yang rusak parah.
Foto: AP PHOTO
Bagaian atas Unit nomor 4, PLTN Fukushima Dai-ichi yang rusak parah.

REPUBLIKA.CO.ID, YAMAGATA – Jepang tak bisa sendiri mengatasi masalah radiasi nuklir. Negara Sakura, Jumat (18/3) akhirnya meminta bantuan sekutu terbesarnya AS, untuk mengendalikan krisis di kompleks pembangkit listrik nuklir dalam situasi berbahaya dengan suhu kelewat tinggi.

Sementara badan atom dunia, IAEA, menyerukan gerak cepat kerjasama global untuk mengatasi bencana berlomba dengan waktu

Dalam kompleks PLTN Fukushima yang rusak, truk pemadam kebakaran militermenyemprot unit-unit reaktor bermasalah dengan bergalon-galon air ke arah fasilitas tersebut. Penyemprotan telah memasuki hari kedua sebagai langkah pencegahan bahan bakar nuklir mengalami pemanasan berlebih dan memuntahkan radiasi dalam level lebih tinggi

"Bukan hanya Jepang, seluruh dunia bergantung pada mereka," ujar seorang pekerja di kantor Tokyo, Norie Igarashi, 44. Ia mengatakan tim darurat kini tengah bekerja di tengah kadar radiasi meninggi dalam kompleks di wilayah pinggir pantai timur laut Jepang tersebut.

Krisis yang masih jauh dari selesai membuat Jepang kekurangan daya listrik. Situasi itu memaksa pabrik-pabrik tutup dan menimbulkan guncangan dalam proses produksi global serta memicu kemerosotan harga saham Jepang.

Satu pekan setelah bencana gempar yang sejauh ini telah membuat 6.500 orang terbunuh dan 10.300 orang hilang. Kru darurat menghadapi dua tantangan besar dalam krisis nuklir. Pertama mereka harus mendinginkan reaktor di mana energi dihasilkan. Kedua mereka harus mendinginkan kolam renang pendingin di mana batang bahan bakar nuklir di simpan di dalam air.

Keduanya membutuhkan air untuk menjaga uranium tetap dingin dan menghentikannya mengeluarkan radiasi. Namun dengan tingkat radiasi dalam kompleks telah membatasi area di mana pekerja dapat masuk dan seberapa mereka bisa tinggal. Kondisi itu membuat sulit untuk membawa cukup air masuk.

Air, paling tidak di satu kolam bahan bakar, yakni di kompleks unit 3, diyakini yang memiliki bahaya paling rendah. Namun, tanpa cukup air, batang nuklir itu bisa kian panas dan menyebarkan radiasi.

"Mengatasi Unit 3 adalah prioritas utama kami," ujar Sekretaris Kabinet, Yukio Edano, kepada wartawan. Ia mengatakan, Jumat, Tokyo telah meminta pemerintah AS untuk membantu dan kini keduanya tengah mendiskusikan situasi lebih spesifik.

"Kita berkordinasi dengan pemerintah AS, mengingat AS dapat memberikan pakar-pakar yang kami butuhkan," ujar Edano.

Sebuah truk pemadam kebakaran militer AS membantu menyemprotkan air ke dalam Unit 3 yang lumpuh, menurut Kepala Staf AU, Shigeru Iwasaki. Meski bisa terlihat jelas bahwa kendaraan dikemudikan oleh pekerja Jepang.

Kadar radiasi juga telah terdeteksi signifikan di luar Tokyo, dengan radius 220 kilometer dari utara PLTN. Namun kadar bahaya masih terbatas di dalam lingkup kompleks tersebut. Toh situasi itu telah memaksa ribuan orang mengungsi dan membuat kehidupan jalan-jalan Tokyo yang selalu ramai menjadi sepi. Penduduk memilih pergi atau tidak keluar rumah.

Pemerintah Jepang lambat merilis informasi mengenai krisis tersebut, diakibatkan masalah dalam kemampuan menggandakan dan menyebarkan kabar. Dalam negara di mana industri nuklir memiliki sejarah panjang dalam menyembunyikan masalah keamanan, situasi itu membuat rakyat Jepang dan pemerintah luar negeri bingung sekaligus kesal.

Kini, Jepang dan AS, menawarkan strategi pemeriksaan yang berbeda secara gamblang terhadap level bahaya di Fukushima. Kepala Komisi Kebijakan Nuklir AS, Gregory Jazcko, Kamis (17/3) menyatakan butuh berhari-hari atau bahkan beberapa pekan utnuk membuat kompleks kembali terkendali. Ia juga mendukung keputusan AS untuk merekomendasikan zona evakuasi 80 kilometer bagi penduduk di sana, jauh lebih luas ketimbang 50 kilometer yang telah diperintahkan Jepang.

Perkara krusial lain dalam upaya memperoleh kendali atas PLTN Fukushima adalah meletakkan sumber listrik lain ke kompleks, yang memungkinkan operator memulihkan sistem pendingin. Operator, Tokyo Electrik Power Co, sudah melewati tenggat pada Kamis kemarin namun berharap tetap menyelesaikan strategi pada Jumat malam, demikian menurut juru bicara badan keamanan nuklir, Minoru Ohgoda.

Namun bagian utilitas tidak yakin apakah sistem pendingin tetap berfungsi. Jika tidak, maka sumber listrik baru pun tidak akan membantu.

Presiden Barack Obama di dalam televisi memastikan warga Amerika bahwa pemerintah tidak menginginkan ada radiasi membahayakan mencapai AS atau teritorinya. Ia juga mengatakan menawarkan bantuan apapun yang bisa diberikan kepada Jepang.

Saat ini di PLTN Fukushima no 1, satu tim inti beranggotakan 180 pekerja darurat telah melakukan rotasi di dalam kompleks untuk meminimalkan paparan radiasi. Kolam penyimpanan membutuhkan pasokan air dingin secara konstan. Bahkan meski dipindah dari reaktor. batang uranium masih luar biasa panas dan butuh waktu mendingin selama berbulan-bulan, mungkin lebih lama lagi, demi mencegah mereka memanas lagi dan mengeluarkan debu radioaktif.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement