REPUBLIKA.CO.ID,KARAKAS--Setidaknya seorang telah meninggal dari kebangkitan flu babi di Venezuela dan 12 orang lainnya terinfeksi, kata Menteri Kesehatan Eugenia Sader Kamis. "Kami memiliki wabah H1N1 di negara bagian Merida," katanya, seraya menambahkan bahwa 12 orang telah dinyatakan positif penyakit ini dan seorang berumur 32 tahun telah meninggal.
Sader mengatakan, hanya satu dari mereka yang diuji positif telah dirawat di rumah sakit, dan yang lain dilakukan pengobatan penyakit itu di rumah. Pihak berwenang menekankan bahwa wabah terakhir jauh dari tahun 2009 pandemi global flu babi, yang menewaskan 114 warga Venezuela.
Sader mengatakan, penyakit ini mungkin telah dibawa oleh salah satu 160.000 wisatawan yang berbondong-bondong datang ke negara bagian barat Merida, dekat perbatasan Kolombia, untuk menghadiri sebuah festival melawan banteng. Pada 2009 penyakit menyebar dengan cepat di antara suku Yanomani, satu penduduk asli di daerah terpencil di hutan Amazon yang meliputi Brasil dan Venezuela, yang pada waktu itu pulih malaria dan wabah flu.
Flu babi - dinamakan demikian karena pertama kali diidentifikasi pada babi di Meksiko - telah menewaskan sekitar 18.500 orang sejak muncul pada musim semi 2009, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. WHO mengatakan, dunia telah memasuki fase "post-pandemi" pada Agustus 2010, dengan wabah yang semakin mendekati berakhir.