REPUBLIKA.CO.ID,KYOTO--Jepang menganggap Korea Selatan "tetangga sejati" yang menawarkan bantuan di kala kesulitan, kata menlu Tokyo Sabtu, menyatakan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan Seoul setelah gempa dan tsunami yang menghancurkan. Menteri Takeaki Matsumoto menyampaikan pernyataan itu selama pembicaraan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Seoul Kim Sung-hwan di kota kuno Kyoto.
Matsumoto dan Kim akan bergabung dengan rekan mereka menlu Cina, Yang Jiechi, Sabtu malam untuk pertemuan tahunan tiga menlu tahun ini. "Orang Jepang merasa bahwa Korea Selatan merupakan tetangga sejati yang menawarkan bantuan pada waktu kesulitan," kata Matsumoto pada awal pertemuan dengan Kim di wisma negara Kyoto, mengacu pada Seoul pengiriman tim besar pekerja penyelamatan dan bantuan lainnya .
"Atas nama rakyat Jepang, saya menyampaikan terima kasih kepada Korea Selatan," katanya. Kim menyatakan belasungkawa dan simpati untuk Jepang, mengatakan bahwa Seoul tidak akan menghindar untuk membantu Jepang mengatasi bencana yang diyakini terburuk yang pernah menimpa negara itu dalam sejarah.
Rincian pembicaraan mereka tidak segera diketahui. Namun, kerja sama untuk mengatasi bencana itu diyakini telah menjadi topik utama pertemuan. Kedua pihak juga diyakini telah membahas agenda untuk pertemuan puncak segitiga dengan Cina yang ditetapkan pada Mei.
Seoul telah berjanji semua bantuan yang memungkinkan kepada Jepang setelah gempa besar lepas pantai 9,0 SR itu memicu tsunami raksasa yang mendatangkan malapetaka pada daerah pesisir di Jepang timur laut. Dengan perhitungan resmi, lebih dari 15.000 orang tewas atau hilang, dan jumlah korban diperkirakan akan naik terus.
Korea Selatan adalah salah satu negara pertama yang mengirim tim penyelamat ke Jepang, mengirim tim lima anggota sehari setelah bencana dan kemudian sebuah skuadron 102 anggota tambahan beberapa hari kemudian. Para ahli penyelamatan mencari daerah paling parah bekerja sama dengan polisi Jepang untuk korban pada awal pekan ini.
Jumlah warga biasa dan selebriti Korea Selatan juga makin meningkat yang menyatakan simpati dan menawarkan sumbangan sukarela, menyisihkan perasaan keras tersisa dari penjajahan brutal Jepang atas Semenanjung Korea pada 1910-45.