Ahad 20 Mar 2011 14:24 WIB

Jepang Bilang Serangan ke Libya, 'Keputusan yang Bijaksana'

Inggris segera mengirimkan pesawat Tornado ke Libya
Foto: AP
Inggris segera mengirimkan pesawat Tornado ke Libya

REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA - Jepang pada Ahad (20/3) mengatakan, pihaknya mendukung serangan-serangan tentara multinasional di Libya, dan menyerukan pemimpin negara itu Muamar Gaddafi, yang bertempur dengan pasukan pemberontak, membuat "keputusan yang bijaksana".

Satu resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Kamis meresmikan penggunaan "semua sarana yang diperlukan" untuk melindungi warga sipil dan menegakkan gencatan senjata dengan pemberontak dan zona larangan terbang terhadap pasukan Gaddafi. AS, Inggris, dan Prancis telah sejak Sabtu menggempur pertahanan anti-pesawat Libya dengan serangan udara dan rudal,yang memicu kemarahan Gaddafi yang menyatakan Mediterania menjadi "medan perang nyata."

"Pemerintah Jepang mendukung kebijakan yang diambil oleh negara-negara anggota PBB berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973," kata Menteri Luar Negeri Jepang Takeaki Matsumoto dalam sebuah pernyataan.

"Kami sangat mengutuk pihak berwenang Libya untuk melanjutkan kekerasan terhadap rakyatnya," kata Matsumoto. "Kami sangat mendesak pihak berwenang Libya untuk membuat keputusan bijaksana secepat mungkin," tegasnya.

Negara-negara besar Barat Sabtu (19/3) lalu telah melancarkan serangan dari udara dan laut terhadap pasukan Qaddafi berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memaksakan gencatan senjata dalam pertikaian sebulan lamanya antara pendukung setia Qaddafi dan pemberontak. Qaddafi, menurut sumber, lahir di sebuah tenda Badui di Sirte, kota Mediteranean 360 kilometer di timur Tripoli.

Serangan udara oleh pasukan Barat dekat kota Misrata di Libya telah menghantam sebuah pangkalan udara militer. Tempat para pendukung setia Muammar Qaddafi bermarkas. Demikian kata dua warga, Sabtu (19/3), membantah laporan TV negara bahwa depot bahan bakar terkena.

Pangkalan itu berada tujuh kilometer dari kota Misrata. Kota tersebut merupakan kota terbesar ketiga Libya dan tempat bertahan terakhir pemberontak di bagian barat negara itu.

"Pasukan internasional telah menyerang batalion-batalion Qaddafi di kolese militer udara itu, tapi sejumlah pasukan (pemerintah) telah melarikan diri tak lama sebelum serangan," kata warga Abdulbasset pada Reuters melalui telpon.

Seorang warga lainnya mengatakan ia telah mendengar ledakan keras dari arah pangkalan udara militer itu.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement