REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--Hasil otopsi korban tsunami Jepang 11 Maret menemukan, sekitar 90 persen korban diketahui meninggal karena tenggelam. Hasil otopsi ini mengacu pada korban tewas di Rikuzen-Takata, Prefektur Iwate - salah satu kota yang paling parah dalam bencana.
Hirotaro Iwase, profesor kedokteran forensik dari Chiba University, mengotopsi 126 korban bencana. Lebih dari 80 persen dari 8.000 rumah di Iwate diyakini telah tersapu oleh tsunami besar.
Iwase mengatakan otopsi menunjukkan bahwa sekitar 90 persen dari 126 mayat ia diperiksa di Rikuzen-Takata mengalami patah tulang pascamortem. Ini menunjukkan tenggelam adalah penyebabnya.
Dari sekitar 90 mayat yang ditemukan di luar ruangan, 40 persen telah patah tulang pada leher, rusuk atau anggota badan. Secara analogi, ia katakan, luka-luka korban tsunami setara dengan luka korban bila ditabrak kendaraan bermotor dengan kecepatan 30 hingga 40 km per jam.
Mayat-mayat itu diterjang kayu, rumah runtuh, kendaraan dan sampah lainnya. Sekitar 50 mayat merupakan orang tua, yang terbungkus dalam tujuh hingga delapan lapis pakaian pada saat bencana.
Selain itu, banyak korban ditemukan bersama dengan ransel dan barang bawaan pribadi, seperti kartu asuransi kesehatan dan album foto, serta coklat dan makanan darurat lainnya. Hal ini menunjukkan korban sudah baik-siap untuk melarikan diri gelombang tsunami setelah gempa dahsyat.