Senin 21 Mar 2011 15:50 WIB

Air Laut Jepang Tercemar Radiasi?

Kecelakaan reaktor nuklir Fukushima
Foto: dw-world
Kecelakaan reaktor nuklir Fukushima

REPUBLIKA.CO.ID,OSAKA - Jepang akan mengawasi tingkat radiasi di Samudra Pasifik dekat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang belum lama ini terkena gempa bumi besar dan tsunami. Mereka mulai mengawasi kemungkinan pencemaran tersebut ketika para pemadam kebakaran menggunakan air laut untuk mendinginkan reaktor nuklir. Demikian kata seorang pejabat pada Senin (21/3).

Keadaan darurat diberlakukan di PLTN Fukushima No.1, sekitar 250 kilometer timur laut Tokyo, karena menyebarkan materi radioaktif lewat udara. Hal tersebut memicu keresahan masyarakat terkait kemungkinan kebocoran radiasi yang lebih parah.

Gempa bumi pada 11 Maret lalu telah merusak sistem pendingin reaktor. Para insinyur sejak itu berusaha untuk menahan meningkatnya suhu reaktor. Para petugas pemadam kebakaran telah menyemprotkan berton-ton air laut ke kolam batang bahan bakar dalam instalasi nuklir itu.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan pencemaran air dari lokasi yang mengalir ke laut, seorang pejabat badan keamanan nuklir Jepang mengatakan kepada AFP: "Pengawasan radiasi akan dilakukan untuk air laut. Ada kemungkinan bahwa radiasi dalam jumlah sangat kecil bisa mengalir ke laut.''

Meski hal tersebut terjadi, pejabat itu menyakini tingkat radiasinya tidak tinggi sehingga tidak akan ada pengaruh terhadap kesehatan manusia. Radiasi dalam tingkat tidak normal telah terdeteksi dalam sejumlah contoh produk susu dan bayam yang diambil dari wilayah dekat PLTN. Air ledeng di Tokyo dan sekitar prefektur termasuk Fukushima juga terkontaminasi radiasi.

Pihak berwenang dalam zona terkena bencana sekarang melakukan pengujian produk peternakan dan beberapa makanan lainnya. Tetapi, seorang pejabat kementerian kesehatan dan seorang pejabat setempat di prefektur Fukushima mengatakan kepada AFP bahwa makanan hasil laut sejauh ini belum diujikan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement