REPUBLIKA.CO.ID,OSAKA - Seorang remaja putra yang diselamatkan dari reruntuhan gempa di Jepang pada Senin (21/3) menceritakan pengalaman langkanya terjebak selama sembilan hari di bawah reruntuhan tanpa bisa berteriak kepada tim penyelamat.
Jin Abe dan neneknya yang berusia 80 tahun, Sumi Abe, sedang berada di dapur rumah berlantai dua ketika gempa 9,0 pada skala Richter terjadi pada 11 Maret lalu. Gempa disusul oleh gelombang tsunami yang meratakan seluruh kota.
Rumah Jin Abe itu kemudian runtuh saat mereka berada di dalamnya. Namun, remaja berusia 16 tahun itu berhasil menemukan selimut, makanan dan minuman sehingga membantu mereka bertahan selama lebih dari sepekan. Cucu dan nenek itu berpelukan untuk menjaga suhu tubuh mereka.
"Kami menemukan sedikit air dan beberapa makanan ringan sehingga kami masih bisa memakannya," kata Jin Abe dalam kondisi terbaring di tempat tidur rumah sakit di kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi. "Kami mendengar suara orang di luar. Tapi, kami tidak dapat keluar."
Remaja itu menggambarkan dirinya hanya mampu terbaring di sebuah ruangan kecil. Dia tidak dapat berdiri atau berjalan. Hingga akhirnya pada Ahad (20/3), ia berhasil mencongkel puing-puing dan memanggil regu penyelamat yang menyisir lokasi gempa dan tsunami. Kemudian dia diangkut dengan helikopter menuju ke rumah sakit bersama neneknya.
"Saya senang kami selamat," katanya.
Sang ayah, Akira, mengatakan bahwa dirinya tidak pernah putus asa untuk mengetahui keberadaan anaknya. "Kami semua yakin bahwa mereka masih hidup. Dia tidak pernah berbicara banyak, namun saya selalu berpikiran bahwa ia adalah pria yang hebat dan kali ini dia membuktikannya," kata Akira.
Kisah selamatnya Jin Abe tersebut memberikan secercah harapan bagi anggota keluarga lain yang masih kehilangan orang terdekatnya dalam bencana kembar itu. "Saya terkejut tentang kabar dua orang selamat setelah situasi yang sulit begitu lama. Keajaiban itu benar-benar menggembirakan bagi mereka yang terkena bencana," kata juru bicara pemerintah Yukio Edano.
Namun, suhu di bawah nol derajat yang melanda di wilayah bencana telah membuyarkan harapan ditemukannya korban selamat lain. Pada Sabtu (19/3), tentara mengumumkan bahwa mereka telah menemukan seorang pria yang menghabiskan delapan hari dalam sebuah rumah setengah hancur. Namun, kemudian diketahui bahwa ia hanyalah pengungsi yang kembali ke rumahnya.