REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Menteri Luar Negeri Inggris William Hague pada Senin menolak untuk menyingkirkan Muamar Qaddafi sebagai target dalam serangan udara di Libya dan menyebutnya "tergantung keadaan saat itu".
Ia berbicara setelah Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox mengatakan bahwa pemimpin Libya tersebut mungkin menjadi target resmi dari aksi militer internasional yang dimulai pada Sabtu untuk memaksa gencatan senjata yang dikenakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan zona larangan terbang demi melindungi warga sipil.
"Target yang kami tetapkan dalam serangan seperti ini akan selalu berdasarkan pada resolusi PBB dan tentu menekankan pada perlindungan warga sipil," kata Hague kepada radio BBC. "Saya tidak akan menyebutkan rinciannya mengenai apa dan siapa yang menjadi target serangan."
Saat ditanya apakah Inggris dan pihak berwenang akan membunuh Qaddafi bila ia terus menyerang warganya sendiri, Hague menjawab: "Saya tidak akan berspekulasi mengenai target... hal itu bergantung pada kondisi saat itu." Pada Minggu, Fox ditanya apakah Gaddafi menjadi target resmi dari aksi militer.
"Yah, hal tersebut tampaknya dimungkinkan namun Anda langsung merujuk pada salah satu masalah yang kami miliki, yang perlu Anda pikirkan juga adalah mengenai koban sipil yang mungkin menjadi korban karena hal itu," katanya kepada BBC.
Sebagai respons atas komentar Fox, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates mengatakan akan menjadi hal yang "tidak bijak" bila pasukan koalisi mencoba untuk membunuh Qaddafi. "Saya pikir adalah hal yang penting bila kita bergerak dalam mandat resolusi Dewan Keamanan PBB," katanya kepada wartawan dalam penerbangan ke Rusia.
Ia mengatakan intervensi militer didukung oleh "koalisi yang beragam" dan memperingatkan "Bila kita mulai menambahkan tujuan lain maka saya pikir kita malah menciptakan masalah."