REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - Para penghuni liar menjadi raja di rumah Saif al-Islam Qaddafi di London. Para pemberontak tidur di lantai atas rumah milik putra pimpinan Libya Muammar Qaddafi tersebut. Sedangkan di lantai bawah, air teh dituang di cangkir-cangkir porselin.
Di kawasan Hampstead --wilayah London Barat laut yang makmur, berdiri sebuah rumah besar dengan delapan kamar yang tidak tampak mencolok. Tapi, hal yang membedakan rumah ini dengan rumah-rumah di sekelilingnya adalah spanduk dengan foto Qaddafi dan tulisan 'Keluar dari Libya, Keluar dari London'.
Sekelompok aktivis yang menyebut diri sebagai Topple the Tyrants (Jatuhkan Para Dikatator) itu memasuki rumah salah satu putra Pemimpin Libya Muammar Gadaffi atas dasar solidaritas dengan revolusi Arab. Rumah tersebut saat ini didiami oleh para aktivis Libya ditambah penghuni liar Inggris.
Yang terakhir ini bertindak sebagai penasehat. ''Kami paham undang-undangnya, mereka tidak. Sudah ada polisi yang datang? Tidak ada komentar,'' ujar salah seorang penghuni liar itu kepada koresponden Radio Nederland. Karena alasan keamanan, koresponden Radio Nederland masuk ke dalam melalui jendela.
Mereka minum teh dari cangkir-cangkir porselin indah milik Saif al-Islam Gadaffi. Kamar depan memiliki dua sofa merah jambu. Ini satu-satunya benda berwarna di rumah besar yang tidak memiliki kepribadian ini. ''Sisanya tampak seperti rumah yang bisa anda harapkan seharga 10 juta pound (Rp 142 miliar),'' demikian kata para penghuni liar.
Abdulla (bukan nama sebenarnya) menceritakan di akhir tahun delapan puluhan, sesudah protes murid-murid sekolah di Benghazi, para demonstran yang usianya tidak lebih dari 15 tahun dieksekusi di lapangan sepakbola. Ia jijik terhadap rumah ini. ''Kami dibiarkan miskin dan ditindas sehingga Qadaffi dan keluarga bisa hidup mewah''.