Selasa 22 Mar 2011 14:11 WIB

Pemberontak Libya Hanya Inginkan Qaddafi Mundur, Bukan Dibunuh

Pemberontak Libya di Benghazi,  timur Libya.
Foto: AP
Pemberontak Libya di Benghazi, timur Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Utusan kubu oposisi Libya menyatakan, mereka hanya menghendaki pimpinan Libya, Moammar Qaddafi mundur dan diadili, bukan memburunya untuk dibunuh. Ali Zeidan, utusan Libyan National Transitional Council untuk Eropa, menyatakan hal itu dalam wawancara eksklusif dengan The Associated Press tentang intervensi Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat atas negaranya.

Menurutnya, pihak mereka menghargai putusan Dewan keamanan PBB, namun menolak campur tangan terlalu mendalam dari negara asing atas negaranya. "Kami akan membuat deal dengan Qaddafi sendiri, tanpa campur tangan asing," katanya.

Zeidan, yang kini berada di Munich, telah menyatakan hal itu dalam pertemuannya dengan para pejabat Prancis.  Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, menyatakan sebelumnya, pihaknya ada di balik oposisi Libya.

Para pejabat Amerika Serikat menyatakan tujuan militer mereka  dari penargetan Qaddafi telah diakhiri. Jenderal Angkatan Darat, Carter Ham, yang menjadi komandan pasukan AS mengatakan ada kemungkinan  Qaddafi  berhasil mempertahankan kekuasaan.

Ini bukan kali pertama AS menarget pemimpin yang telah memerintah negara di Afrika Utara itu selama 42 tahun. Tahun 1986, Qaddafi pernah menjadi target serangan udara AS.

Dalam lawatanannya di Chile, Obama mengatakan Qaddafi bukan target misi militer AS. Kombinasi dari langkah-langkah lain termasuk Amerika sanksi PBB yang dirancang untuk mengisolasi pemimpin Libya adalah pendekatan yang tepat untuk mempercepat kejatuhannya, Obama mengatakan, menambahkan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB mengesahkan aksi militer tidak mengubah rezim sanksi. "Kami akan tetap berpegang pada mandat itu," kata Obama.

sumber : Arabnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement