REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS - Sedikitnya empat orang tewas setelah pasukan keamanan menembak para demonstran yang berkumpul di depan Masjid di Kota Deraa Suriah. Aktivis HAM mengatakan ratusan orang berkumpul di jalanan di luar Masjid Omari untuk mencegah serangan tentara. Aliran listrik dimatikan.
Masjid itu menjadi tempat berkumpul para demonstran anti-pemerintah yang dilakukan sejak Jumat (19/3) lalu. Jumlah korban tewas setidaknya mencapai 10 orang dalam peristiwa serangan pasukan tentara.
Komisioner HAM PBB, Navi Pillay, mendesak pemerintah Suriah untuk melakukan investigasi yang transparan atas peristiwa kekerasan itu. "Kami sangat peduli dengan tewasnya para pemrotes di Suriah dan mengulangi pernyataan agar tidak menurunkan pasukan dalam jumlah besar untuk menghadapi demonstrasi damai, apalagi menggunakan amunisi (peluru) tajam," katanya. "Masyarakat memiliki hak yang sah untuk mengekspresikan keluhan dan permintaan kepada pemerintah. Kami mendesak Pemerintah Suriah melakukan dialog dengan para pemrotes."
Sementara itu, Uni Eropa sangat mengutuk kekerasan yang terjadi di Suriah. Laporan menyebutkan Gubernur wilayah Deraa, Faisal Kalthoum, telah dipecat sesuai dengan salah satu permintaan para demonstran.
Otoritas Suriah juga membebaskan 15 anak-anak yang ditahan karena menulis grafiti tentang pro-demokrasi yang mengundang orang-orang untuk berkumpul di Masjid Omari setelah sholat Jumat untuk meminta kemerdekaan politik. Meski demonstrasi yang terjadi di Suriah ini tidak meminta Presiden Assad mundur, tetapi kerusuhan ini merupakan tantangan serius bagi pemerintahannya yang telah berjalan selama 11 tahun.