REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Krisis di lembaga keagamaan yang paling berpengaruh di Mesir, Al-Azhar, memasuki babak baru. Baru-baru ini staf Al-Azhar Al-Sharif melarang Syekh Al-Azhar, Dr Ahmed Al-Tayeb, memasuki kantornya di Kairo, Rabu (23/3). Mereka menuntut sang syekh melepaskan gelar di Al-Azhar dan jabatannya di pemerintahan.
Para pegawai Al-Azhar juga mendesak Syekh Tayeb segera mengajukan pengunduran diri kepada Dewan Tinggi Militer. Mereka mengunci pintu kantor Syekh Tayeb yang saat itu telah berdiri di depannya selama beberapa waktu tanpa bisa masuk. Para penentangnya menganggap Syekh Tayeb merupakan bagian dari rezim Mubarak karena ia ditunjuk oleh presiden terguling tersebut.
Akhirnya Syekh Tayeb berangkat menuju kantor Dewan Tinggi Militer untuk menemui Marsekal Mohamed Hussein Tantawi, Ketua Dewan Tertinggi Militer, yang mengambil-alih pengelolaan negara setelah pengunduran diri Mubarak.
Sumber yang dekat dengan Syekh Tayeb menduga bahwa Dewan Tinggi Militer menolak pengunduran diri sang ulama dengan alasan bahwa negara ini akan menghadapi masa-masa sulit. Marsekal Tantawi meminta Syekh Tayeb untuk bersabar. Setelah bertemu dengan Dewan Tinggi Militer, Syekh Tayeb langsung pulang ke rumahnya dan enggan memberikan komentar.
Menurut sumber tersebut, ini merupakan kali kedua bagi Syekh mengajukan pengunduran diri sejak pecahnya Revolusi 25 Januari, namun selalu ditolak oleh Dewan Tinggi Militer. “Syekh Tayeb lebih dari sekali menyatakan kesiapannya untuk mengundurkan diri dan melepaskan jabatan. Namun, ia takut akan terjadi kekacauan di Al-Azhar dan dituding sebagai pengkhianat,” ujarnya.