Selasa 31 Aug 2010 00:36 WIB

Puluhan Pekerja Seni Israel Tolak Pentas di Permukiman Ilegal

Ariel Turgeman, seorang seniman israel, menapaki tangga gedung tetaer baru yang dibangun di atas permukiman ilegal.
Foto: Reuters
Ariel Turgeman, seorang seniman israel, menapaki tangga gedung tetaer baru yang dibangun di atas permukiman ilegal.

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT--Puluhan aktor Israel, dramawan,  dan sutradara seni telah menandatangani surat penolakan untuk ambil bagian dalam produksi yang dimotori  perusahaan teater terkemuka di pusat budaya baru di pemukiman Tepi Barat.  Mereka menyoal lokasi gedung teater nasional Israel, The Habima, yang tertelatk di Arel, 12 mil dari Tepi Barat di wilayah yang masih disengketakan.

Dalam surat yang dikirimkan pada Menteri Kebudayaan Israel, Limor Livnat, mengatakan pusat seni pertunjukan di Ariel, yang akan dibuka pada bulan November setelah 20 tahun dalam pembangunan, akan menimbulkan persoalan baru. "Kami ingin menyatakan penyesalan kami dan dengan ini menyatakan bahwa kami akan menolak untuk tampil di sana, juga di wilayah permukiman baru lainnya," demikian bunyi surat itu. Menurut mereka, tampil di atas permukiman ilegal sama artinya dengan menyetujuinya.

Livnat mengatakan boikot akan menyebabkan perpecahan dalam masyarakat Israel. "Budaya adalah sebuah jembatan di masyarakat, dan sengketa politik harus ditinggalkan di luar kehidupan budaya dan seni," ujarnya.

Sedangkan Perdana Menteri Israel, Binyamin Netanyahu, menyatakan kecaman yang tak kalah sengit. Menurutnya, negara itu tengah diserang oleh masyarakat internasional - termasuk ekonomi, boikot akademik, dan budaya. "Dan sekarang, ....boikot dari dalam negeri."

Ron Nachman, walikota Ariel, mengatakan adalah hal yang aneh ketika para seniman itu mendapat gaji dari pemerintah, namun kini berbalik menyerang pemerintah.  "Para pelaku ini mendapatkan gaji dari pemerintah, yang mensponsori teater mereka. Tak bijaksana Anda mengambil uang dari pemerintah dan kemudian memutuskan kebijakan sendiri.. Itu bukan integritas atau kejujuran. Jika mereka tidak setuju [dengan tampil di Ariel], mereka harus mengundurkan diri, " ujarnya.

Tidak jelas berapa banyak dari para penandatangan telah tercatat untuk pertunjukan direncanakan di Ariel. Yousef Swaid, yang muncul dalam drama berjudul  Railway To Damascus, mengatakan kepada televisi Channel 1,  "pemukim dan permukiman bukan  sesuatu yang menghibur saya, dan saya tidak ingin menghibur mereka."

Rami Heuberger, seniman lain yang tidak terdaftar untuk bermain mengamininya. "Sebagai seorang aktor panggung, itu adalah isu yang sangat bermasalah, dan saya pikir bahwa selama permukiman merupakan masalah kontroversial yang akan dibahas dalam negosiasi [dengan] Palestina, Aku seharusnya tidak ada di sana."

Gideon Levy, seorang komentator liberal terkemuka Israel, yang didukung sikap para aktor. "Ya, ada perbedaan antara yang sah, dan yang ilegal soal daerah pendudukan," tulisnya di Harian Haaretz. "Ada perbedaan moral antara muncul di sini dan muncul di sana di jantung pemukiman ilegal, yang dibangun di atas sebidang tanah yang dicuri, dalam kinerja yang dirancang untuk membantu pendatang melewatkan waktu dengan bersenang-senang (menonton pertunjukan), sementara dikelilingi oleh orang-orang yang telah kehilangan semua hak-hak mereka."

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement