REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Sebuah masjid di Adelaide, Australia Selatan akan mengadakan pelajaran bela diri gratis, menyusul terjadinya peristiwa penembakan di Christchurch, Selandia Baru (15/3) lalu.
Sesi pelajaran bela diri gratis tersebut, yang akan diadakan di Masjid Omar Bin Al-Khattab di Marion akhir pekan ini, akan mengajarkan orang-orang bagaimana merespons para pelaku dan penembak bersenjata.
Hampir 100 orang telah menunjukkan minat sejak sesi itu diiklankan sebagai tanggapan terhadap serangan pada Jumat (15/3) yang menewaskan 50 orang dan puluhan lainnya luka-luka di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Penembakan itu memicu kekagetan di seluruh dunia termasuk di dalam komunitas Muslim Adelaide.
Fasilitator kursus bela diri, Emad Al-Hammadin, mantan letnan yang bertugas selama 24 tahun di pasukan khusus Yordania, mengatakan orang perlu tahu bagaimana melindungi diri mereka sendiri.
"Sangat mudah bagi penyusup bersenjata atau penembak aktif untuk masuk dan membunuh orang yang tenang di tempat ibadah," katanya.
"Kami berusaha membuatnya sesederhana mungkin bagi masyarakat untuk memahami [bela diri] ... penting bagi orang-orang untuk mengetahui bagaimana menghadapi penembak aktif atau pelaku kejahatan bersenjata ketika mereka dikonfrontasi."
Bela diri akal sehat akan diajarkan
Al-Hammadin mengatakan dia telah mengadakan sesi serupa di Yordania dan menyarankan untuk mengadakan pelajaran serupa di masjid setelah menghadiri acara doa bersama bagi para korban dan penyintas Christchurch, Selandia Baru pada Ahad (17/3) malam.
"Saya harus memenuhi tugas saya - tidak hanya untuk komunitas Muslim - tetapi komunitas yang lebih luas dan masyarakat pada umumnya," katanya.
"Karena [seorang] penembak aktif ... tidak hanya terbatas pada tempat ibadah; seorang penembak aktif dapat berada di mal, pusat perbelanjaan, dan stadion."
Al-Hammadin mengatakan dia akan mengajarkan orang strategi akal sehat seperti metode melarikan diri dan komunikasi. "Strategi yang paling penting adalah agar orang memahami lingkungan yang mereka hadapi, beroperasi dan bertindak," katanya.
Dia juga mengatakan konfrontasi - dalam jumlah besar - mungkin juga efektif.
"Ini harus menjadi upaya terakhir - untuk mencoba menghadapi atau melumpuhkan penyerang," katanya.
"Ini adalah hal yang sangat penting karena ketika Anda menghadapi pelaku, mari kita asumsikan 15 atau 20 orang menghadapi satu orang, mereka akan mengalihkan perhatiannya."
Seorang juru bicara Kepolisian SA mengatakan tingkat Peringatan Publik akan ancaman Terorisme Nasional masih tetap pada tingkat tinggi, dan setiap kegiatan yang mencurigakan harus dilaporkan kepada polisi. Polisi SA tidak memberikan komentar lebih lanjut apakah mendukung kelas pertahanan diri yang diadakan.
Keselamatan masih jadi perhatian utama
Presiden Masyarakat Islam Australia Selatan, Ahmed Zreika, mengatakan pembantaian di Christchurch tidak akan menghentikan para jamaah menghadiri layanan sholat seperti biasanya. Namun, menurutnya keselamatan masih menjadi perhatian utama para jamaah.
"[Sesi bela diri ini] tidak biasa, itu sebabnya saya pikir orang pasti akan datang," katanya.
Zreika mengatakan peningkatan kesadaran tentang pertahanan diri adalah penting karena lokasi masjid yang terbuka di Marion Road di selatan Adelaide. Dia mengatakan polisi setempat telah melakukan kontak terus menerus sejak serangan pekan lalu.
"Polisi sangat membantu, mereka terus menelepon, mereka bertanya apakah kami memiliki masalah dan jika kami membutuhkan bantuan," katanya.
"Tentu saja, saya akan berbicara dengan polisi tentang [kursus bela diri ini] dan melihat apakah itu tepat dan jika kita bisa menerapkannya di masjid."
Sebelumnya hari ini, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menuntut agar Facebook menghapus rekaman penembakan, yang terus diposkan ulang secara online.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.