Senin 21 Jan 2019 07:28 WIB

Ribuan Perempuan AS Turun ke Jalan Tuntut Kenaikan Upah

Aksi tersebut dilakukan untuk ketiga kalinya tahun ini.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Sekitar 900 orang menghadiri aksi Women's March Salem di luar Oregon State Capitol, Sabtu (19/1).
Foto: Anna Reed/Statesman-Journal via AP
Sekitar 900 orang menghadiri aksi Women's March Salem di luar Oregon State Capitol, Sabtu (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perempuan turun ke jalan di ratusan kota di Amerika Serikat (AS), Sabtu (19/1). Aksi itu menandai peringatan kedua demonstrasi sehari setelah pelantikan Presiden dari partai Republik Donald Trump yang dilantik pada Januari 2017.

Women's March, sebuah organisasi nasional yang berevolusi dari unjuk rasa Washington, kembali menjadi tuan rumah, dengan ratusan perempuan melakukan aksi di kota-kota lain. March On, koalisi akar rumput juga tumbuh dari aksi yang mengoordinasikan ratusan aksi di kota-kota seperti Boston, Houston, Baltimore dan Denver.

Para pemimpin kedua kelompok mengatakan, mereka akan menggunakan protes tahun ini untuk mendorong kebijakan terkait dengan menaikkan upah minimum pada perempuan, akses ke layanan kesehatan reproduksi, dan hak suara di antara isu-isu lainnya. Mereka juga memiliki tujuan mengajak perempuan memberikan suara menjelang pemilu 2020.

"Jelas ada fokus yang sangat besar pada pemilihan umum 2020," kata Natalie Sanchez dari March On, penyelenggara March 2017 Wanita Boston yang juga bergabung dalam March Forward Massachusetts.

Senator dari Partai Demokrat A Kirsten Gillibrand pada pekan lalu mengatakan ingin maju di Pilpres 2020. Dia mengatakan kepada orang banyak demonstrasi serupa pada 2017 adalah salah satu momen politik paling berpengaruh dalam hidupnya.

"Sekarang adalah saatnya keluar dari lapangan. Demokrasi kita hanya berfungsi ketika orang-orang seperti Anda berdiri dan menuntutnya," kata Gillibrand.

Pengacara di Des Moines, Kimberly Graham (54 tahun) mengatakan, ia menghadiri aksi dua tahun lalu dengan memberi harapan setelah pemilihan Trump membuat dia merasa sedih. Kegembiraannya melihat begitu banyak wanita dan minoritas memenangkan pemilihan jangka menengah telah mengilhami dia untuk mempertimbangkan tantangan Senator Republik A J Ernst dari Republik.

"Ini memberi saya banyak harapan bahwa segalanya akan berbalik," kata Graham.

Aktivis mengatakan, demonstrasi adalah kesempatan untuk merayakan perolehan dalam pemilihan 2018 ketika perempuan terpilih duduk di Kongres AS. Para perempuan yang baru terpilih hampir semua dari Partai Demokrat, termasuk wanita Muslim pertama dan wanita asli Amerika pertama di Kongres, serta wanita kulit hitam pertama yang mewakili negara mereka di New England.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement