Ahad 10 Feb 2019 13:35 WIB

Pemimpin Adat Pemon Siap Hadapi Pasukan Maduro, Jika ....

Pemon ingin bantuan dari asing diperbolehkan masuk.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Krisis Politik Venezuela
Foto: Republika
Krisis Politik Venezuela

REPUBLIKA.CO.ID, PUERTO ORDAZ -- Masyarakat adat Venezuela, Pemon, hidup berdampingan di perbatasan Brasil. Mereka berjanji untuk berjuang agar bantuan dari luar negeri dapat tiba di Venezuela bahkan jika  harus berhadapan dengan pasukan keamanan dan pemerintah Presiden Nicolas Maduro.

Enam pemimpin masyarakat Pemon yang tinggal di Gran Sabana (atau Great Savannah) perbatasan dengan Brasil mengatakan, kebutuhan mendesak masyarakat harus mengalahkan politisasi bantuan kemanusiaan.

Gran Sabana, padang rumput yang dikelilingi pegunungan di sebelah selatan negara bagian Bolivar.  "Secara fisik kami siap, tanpa senjata dan bersedia membuka perbatasan untuk menerima bantuan kemanusiaan, tidak Garda Nasional atau pemerintah yang bisa menghentikannya," kata Gran Sabana Mayor Emilio Gonzalez, Ahad (10/2).

Baca juga, Mahkamah Agung Venezuela Batalkan Kepemimpinan Guaido.

Di tengah hiperinflansi perekonomian Venezuela bankrut. Menyebabkan kelaparan dan malnutrisi pada anak-anak. Jutaaan orang mengungsi dan bantuan kemanusiaan menjadi titik terang dalam krisis ekonomi dan politik yang sedang terjadi.

Ketua oposisi yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Juan Guaido mengatakan koalisi global termasuk Amerika Serikat (AS) mengirim bantuan makanan dan obat-obatan yang akan tiba di Kolombia, Brasil dan pulau-pulau Karabia sebelum akan dikirimkan ke Venezuela. Brasil sudah bergabung dengan AS dan negara-negara Amerika Latin lainnya.

Mereka mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Brasil juga mendesak Maduro untuk melakukan pemilihan umum. Tapi Maduro menolaknya meski pun krisis ekonomi masih terjadi.

Masyarakat adat memiliki otonomi yang lebih besar dibandingkan warga lainnya di Venezuela. Pemerintah Bolivar dan kepala militer wilayah Guayana yang berkuasa atas negara bagian Bolivar dan Amazonas tidak dapat dimintai komentar tentang hal ini.

"Kami adalah penduduk asli Gran Sabana dan kami tidak akan membiarkan beberapa jenderal dari luar memberikan keputusan bagi kami, kami memiliki otoritas yang sah," kata dewan wilayah masyarakat adat, Jorge Perez.

Perez mengatakan ia melakukan kunjungan harian ke rumah sakit setempat. Di sana, kata Perez, pasien dan dokter sama-sama putus asa karena kekurangan obat.  "Untuk keadaan darurat mereka membawa ke Brasil, ini memalukan, rumah sakit di Boa Vista penuh dengan pasien Venezuela," kata Perez.

Boa Vista, ibu kota negara bagian Roraima, Brasil yang berbatasan dengan Venezuela. Mereka menerima puluhan ribu rakyat Venezuela yang mengungsi selama beberapa tahun terakhir.

Gunung Roraima setinggi 2.800 meter dari permukaan laut. Melintasi perbatasan dan tanah suci bagi masyarakat Pemon serta simbol spritual bagi kebanyakan masyarakat Venezuela. Wali Kota Gonzalez mengatakan pemerintah Brasil belum memberi informasi tanggal berapa bantuan kemanusiaan tiba di perbatasan.

Juru bicara pemerintah Brasil menolak berkomentar tentang bantuan kemanusiaan. Tapi ia mengkonfirmasi tranportasi darat menuju Gran Sabana sesuatu yang memungkinkan.

Oposisi pemerintah Maduro sejauh ini mengatakan bantuan akan tiba di Cucuta, kota yang berbatasan dengan Kolombia. Bantuan kemanusiaan dari luar negeri ditimbun di sana karena pemerintah Venezuela melarang bantuan apa pun masuk ke negara mereka.

Bersitegang dengan militer

Pemimpin-pemimpin masyarakat Pemon mengatakan mereka siap menunjukan kesediaan mereka menghadapi militer Venezuela setelah tentara menghalangi jalan antara Santa Elena de Uairen dan perbatasan Brasil dengan kawat besi. Masyarakat Pemon yang sebanyak 10 ribu jiwa memiliki sejarah bentrokan dengan militer.

 

Dari persoalan pemotongan bantuan bensin sampai pertambangan informal. Para pemimpin Pemon mengatakan, militer mencoba menangkap salah seorang Kolonel yang membelot dari Maduro dan mencoba mengkoordinasikan masuknya bantuan dari Brasil. Kolonel tersebut kabarnya juga berhasil menyeberang ke Brasil.

Para pemimpin masyarakat Pemon mengatakan, mereka membongkar penghalang yang dibuat militer itu. Mereka juga mengaku sempat bersitegang dengan militer tapi akhirnya para tentara sepakat untuk mundur.

"Jika bantuan kemanusiaan datang dan dicegah masuk, kami juga akan menahan masuknya truk pemerintah, jika tidak ada untuk rakyat maka juga tidak ada untuk pemerintah," kata ketua masyarakat Pemon dari wilayah Akurimo, Angel Perez.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement