Kamis 14 Mar 2019 04:35 WIB

Badan Penerbangan AS Dikritik karena Dukung Boeing 737 MAX 8

FAA diminta pro-aktif dalam keselamatan terkait dengan produsen dan maskapai.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ani Nursalikah
Maskapai Air Canada menggunakan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8. Pesawat bersiap mendarat di Vancouver International Airport, Richmond, Bristish Colombia, Selasa (12/3).
Foto: Darryl Dyck/The Canadian Press via AP
Maskapai Air Canada menggunakan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8. Pesawat bersiap mendarat di Vancouver International Airport, Richmond, Bristish Colombia, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) mendapat banyak kritikan karena mendukung kelaikan terbang Boeing 737 MAX 8. Itu karena banyak negara yang melarang pengoperasian jenis pesawat tersebut, setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airliner akhir pekan lalu.

Dunia penerbangan biasanya mengikuti petunjuk FAA yang telah dianggap sebagai standar keselamatan pesawat dunia. Namun, regulator keselamatan penerbangan lainnya termasuk Uni Eropa, Cina, Australia, Inggris dan Kanada telah memutuskan tidak menunggu FAA bertindak.

Baca Juga

Kecelakaan Ethipian Airlines terjadi hanya lima bulan setelah jatuhnya pesawat jenis sama Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan Lion Air di Indonesia. Ketua Komite Transportasi dan Infrastruktur Gedung Putih Peter DeFazio mengaku khawatir regulator penerbangan internasional lebih banyak memberikan kepastian terbang bagi publik daripada FAA.

"Dalam beberapa hari mendatang, sangat penting bagi kami untuk mendapatkan jawaban tentang apa yang menyebabkan kehancuran pesawat Ethiopian Airlines 302 dan apakah ada hubungan dengan apa yang menyebabkan kecelakaan Lion Air hanya lima bulan yang lalu," kata DeFazio, Rabu (13/3).

FAA diminta pro-aktif dalam keselamatan berkaitan dengan produsen dan maskapai pesawat. FAA dan maskapai penerbangan juga diminta untuk menghentikan sementara pengoperasian Boeing 737 MAX 8 sampai penyelidikan tentang penyebab kecelakaan Ethiopian Air selesai, untuk melihat penyebab kecelakaan sama dengan Lion Air pada Oktober 2018 lalu.

"Mereka belum menunjukkan bukti masalah yang kita lihat dengan dua tabrakan ini bukanlah masalah yang berpotensi ada di AS," kata penasihat penerbangan untuk Consumer Reports McGee.

photo

Mantan Sekretaris Transportasi Ray LaHood juga menyerukan agar AS menghentikan 737 MAX 8, tepat saat agensinya menghentikan penerbangan pesawat Boeing lain enam tahun lalu karena masalah keamanan.

"Pesawat-pesawat ini perlu diperiksa sebelum orang-orang menaikinya, publik yang terbang mengharapkan seseorang di pemerintahan menjaga keselamatan, dan itu tanggung jawab departemen transportasi," ujarnya.

LaHood adalah sekretaris Departemen Perhubungan pada 2013 ketika departemen tersebut menghentikan Boeing 787 karena paket baterai lithium-ion yang terlalu panas. Pesawat-pesawat menganggur selama kurang dari sebulan, sampai Boeing membuat kompartemen tahan api baru di sekitar baterai.

LaHood mengatakan sekretaris saat ini Elaine Chao harus melakukan hal yang sama dengan MAX 8, meski bertentangan dengan FAA yang tidak mengambil tindakan dalam menghadapi lusinan negara lain yang melarang pesawat terbang dari langit mereka.

"Sekretaris memiliki wewenang menangguhkan pesawat-pesawat ini. Dia memiliki wewenang untuk melakukannya, apa pun yang dipikirkan FAA," katanya.

Meski para penyelidik kecelakaan senior membela FAA, yang mengatakan tidak ada data untuk menghubungkan kedua kecelakaan itu. "Saya tidak melihat fakta untuk membenarkan apa yang telah mereka lakukan," kata konsultan keselamatan independen dan mantan anggota Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, John Goglia.

"Jika mereka memiliki fakta, saya berharap mereka akan membaginya dengan seluruh dunia sehingga kita dapat melindungi masyarakat yang bepergian dengan udara," katanya.

FAA mengatakan sedang meninjau semua data yang tersedia. Sejauh ini tidak menemukan dasar untuk menghentikan operasional Boeing 737 MAX 8.

Presiden dan CEO dari konsultan penerbangan Safety Operating Systems, John Cox, mengatakan negara-negara yang melarang Boeing 737 MAX 8 terbang mungkin telah menghubungkan kecelakaan Ethiopia dan Indonesia meskipun penyelidik belum menganalisis kotak hitam pesawat Ethiopia.

Regulator keselamatan udara di setidaknya 40 negara, termasuk Uni Eropa, telah melarang Boeing 737 MAX 8 jet terbang dari wilayah udara mereka setelah kecelakaan mematikan di Ethiopia. Selain itu, setidaknya 10 maskapai penerbangan di seluruh dunia telah berhenti menerbangkan jenis pesawat tersebut. Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa, yang mencakup 32 negara, Selasa kemarin juga mengumumkan mereka akan melarang pesawat itu terbang di wilayah udaranya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement