Senin 11 Feb 2019 17:44 WIB

Lebih dari 100 Orang Tewas Akibat Miras Oplosan

Korban terbanyak dilaporkan berada di Kota Haridwar, Provinsi Uttarkhand.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Police Line (ilustrasi)
Foto: www.nbcmiami.com
Police Line (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebanyak lebih dari 100 orang meninggal dunia di dua negara bagian India setelah menenggak minuman alkohol oplosan. Menurut polisi dan media setempat, peristiwa itu adalah kasus terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Seperti dilansir dari Reuters, korban terbanyak yang meninggal berada di Kota Haridwar, Provinsi Uttarkhand. Sementara di dua kota lainnya di Provinsi Uttar Pradesh, banyak yang mengeluh sakit perut dan mengalami masalah pernapasan.

"Total korban jiwa di Haridwar sebanyak 36 dan sekarang sekitar 18 orang sedang menjalani perawatan," kata Pengawas Senior Polisi Haridwar, Janmaijai Prabhakar, Senin (11/2).

Ia menambahkan, polisi pun telah menangkap empat orang terkait dengan kasus tersebut. Di sisi lain, tidak ada pihak terkait di Provinsi Uttar Pradesh yang dapat dihubungi untuk mendapatkan jumlah korban terbaru pada hari Senin.

Namun, menurut surat kabar lokal, Indian Express dan Times of India, setidaknya di sana 69 orang meninggal akibat minuman oplosan tersebut.

Baca juga, Dua Orang Tewas, Diduga Akibat Miras Oplosan.

Kematian akibat minuman oplosan yang diproduksi secara ilegal dan dikenal masyarakat lokal dengan sebutan hooch atau minuman keras pedesaan adalah hal biasa di India. Sebab, banyak orang tidak mampu membeli minuman beralkohol.

Namun, jumlah kematian saat ini diyakini sebagai kasus paling mematikan sejak hal serupa menewaskan 172 orang di Benggala Barat pada 2011.

"Dia mengeluh sakit perut yang parah, jadi saya membawanya untuk disuntik. Dia merasablebih baik dan tidur setelah kembali ke rumah. Tapi rasa sakitnya kembali, jadi kami membawanya ke rumah sakit lagi dan mereka menerimanya,” kata istri salah satu korban, Hira Lal.

Seorang hakim distrik Saharanpur di Uttar Pradesh, Alok Kumar Pandey pekan lalu mengatakan bahwa dokter telah menyimpulkan banyak korban meninggal karena infeksi hati dan masalah dalam sistem pernapasan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement