Selasa 12 Feb 2019 23:15 WIB

Selandia Baru Bantah Ada Keretakan Hubungan Dengan Cina

Hubungan Selandia Baru dengan Cina adalah hubungan yang kompleks

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (kiri) dan pasangannya Clarke Gayford tiba di Sydney hari Kamis (1/3).
Foto: Rick Rycroft/AAP
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (kiri) dan pasangannya Clarke Gayford tiba di Sydney hari Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengakui, hubungan diplomatik antara negaranya dengan Cina mengalami kompleksitas. Namun, Ardern menepis adanya kekhwatiran keretakan hubungan dagang dengan Cina, yang merupakan mitra terbesar bagi Selandia Baru.

"Hubungan kami dengan Cina adalah hubungan yang kompleks, kadang-kadang juga menghadapi tantangan," ujar Ardern dalam sebuah wawancara kepada TVNZ, Selasa (12/2).

Sebelumnya, Cina telah menunda kampanye program Pariwisata Cina-Selandia Baru 2019 di Wellington yang semestinya diluncurkan pada pekan depan. Di sisi lain, rencana Ardern untuk mengunjungi Beijing sejak akhir 2018 juga masih tertunda. Ardern mengatakan, dirinya masih mencari waktu yang tepat untuk berkunjung ke Beijing.

"Undangan kunjungan saya ke Beijing tidak berubah, hanya saja kami belum menemukan tanggal yang sesuai," kata Ardern.

Hubungan antara Cina dan Selandia Baru mulai menegang, karena adanya kekhawatiran tentang pengaruh Beijing yang semakin besar di Pasifik Selatan. Selain itu, Selandia Baru juga telah menolak tawaran raksasa telekomunikasi Cina, Huawei untuk membangun jaringan 5G.

Ardern menepis bahwa penolakan tawaran Huawei tersebut berdampak pada hubunga diplomatik kedua negara. Menurutnya, keputusan untuk membangun jaringan 5G harus sesuai dengan peraturan yang berlaku demi keamanan data.

"Keputusan membangun jaringan 5G harus sesuai dengan aturan, dan ada prosesnya. Keputusan apapun yang kita buat adalah demi kepentingan perlindungan data, dan keamanan Selandia Baru," ujar Ardern.

Diketahui, Huawei menghadapi pengawasan internasional, karena diduga menjadi alat mata-mata atau pengintai bagi Pemerintah Cina. Adapun, Huawei telah menyangkal tuduhan tersebut. Namun, beberapa negara barat mulai membatasi akses Huawei ke pasar mereka.

Di sisi lain, Pemimpi oposisi Partai Nasional, Simon Bridges menyalahkan Ardern dan wakilnya, Winston Peters karena terus memperburuk hubungan diplomatik dengan Cina. Menurutnya, ketegangan antara Cina dan Selandia Baru merupakan yang terburuk dari sebelumnya.

Sementara laporan media setempat menyebutkan, penerbangan Air New Zealand belum lama ini ditolak masuk ke Cina. Beberapa pihak berpendapat, hal tersebut merupakan akibat dari hubungan kedua negara yang semakin memburuk. Namun, pemerintah dan otoritas Cina mengklaim, Air New Zealand ditolak masuk ke Cina karena masalah administrasi.

Tahun lalu, Selandia Baru mengeluarkan pernyataan kebijakan pertahanan, di mana Ardern mengatakan pengaruh Cina di Pasifik Selatan sangat kuat dan dapat merusak stabilitas regional. Ketika itu, Ardern juga menyinggung tentang ketegangan di Laut Cina Selatan. Pernyataan tersebut memicu keluhan dari Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement