Kamis 14 Feb 2019 15:48 WIB

Papua Nugini Masih Cari 274 Mobil yang Hilang Pasca-APEC

Sejumlah mobil mewah hilang pasca-APEC di Papua Nugini.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Police line
Foto: Wikipedia
Police line

REPUBLIKA.CO.ID, PORTMORESBY -- Salah seorang inspektur polisi di Papua Nugini sedang sibuk melacak mobil mewah. Ia berusaha menemukan mobil-mobil mewah tersebut yang hilang usai  Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

Diperkirakan masih ada 274 mobil yang hilang atau melebihi batas waktu yang ditentukan sejak APEC digelar pada bulan November lalu. Banyak yang mengecam langkah pemerintah Papua Nugini membeli 40 mobil mahal Maserati untuk mengakut pemimpin-pemimpin dunia dalam event tersebut.

Mobil-mobil Maserati itu rencananya akan dijual kembali. Tapi tidak dengan mobil-mobil lainnya. Juru bicara kepolisian Papua Nugini Inspektur Dennis Corcoran mengatakan ia sedang akan menjemput salah satu mobil yang hilang. Kabarnya, kepolisian berhasil menemukan mobil itu ketika pencurinya berusaha menjualnya. Pencurinya berhasil melarikan diri.

"Pengemudinya melarikan diri, tapi kami dapat kendaraannya," kata Corcoran.

Pemerintah Papua Nugini mengimpor sekitar 40 mobil Maserati untuk membawa tamu VIP ke venue-venue. Para pejabat Papua Nugini mengatakan akan menjual mobil-mobil tersebut tapi banyak tidak mempercayai pernyataan tersebut dan mencurigai adanya skema korupsi dalam pembelian mobil mewah itu.

Pemerintah Papua Nugini menghamburkan uang demi memberikan pelayanan kepada negara-negara anggota APEC namun di waktu yang bersamaan begitu banyak tantangan yang dihadapi rakyat mereka. Port Moresby berada diperingkat ke-15 kota yang dapat dihidupi pada tahun 2018 versi Economist Intilligence Unite.

Pemerintah Papua Nugini dengan cepat mengatakan event ini akan meningkatkan posisi mereka di panggung internasional. Serta membawa investasi dan kesepakatan dagang dengan negara-negara lain. Tapi narasi untuk membuat rakyat Papua Nugini bersemangat menyambut APEC tidak berhasil.

Sebab, harga yang harus mereka tanggung untuk membiayai APEC terlalu mahal. Pemerintah Papua Nugini mengalami krisis anggaran, obat-obatan yang paling dibutuhkan langka dan polio masih menyebar di negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement