REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kematian warga sipil yang terjadi di Afghanistan mengalami peningkatan pada 2018 di banding tahun-tahun sebelumnya. Kematian warga sipil meningkat 11 persen di mana pada 2017 terdapat 3.804 orang tewas termasuk 927 anak-anak dan 7.189 orang lainnya luka-luka saat serangan bunuh diri dan pemboman yang mendatangkan malapetaka di seluruh negara yang dilanda perang itu.
Laporan itu dirilis sehari sebelum AS dan Taliban mengadakan pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri konflik yang dapat meningkatkan harapan untuk perdamaian bersama dengan kekhawatiran bahwa penarikan Amerika dapat menyebabkan perang saudara yang bahkan lebih berdarah. Menurut PBB, setidaknya 32.000 warga sipil telah tewas dan 60.000 lainnya terluka dalam dekade terakhir. Kenaikan jumlah kekerasan pada 2018 bersamaan dengan peningkatan signifikan dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh penargetan warga sipil yang disengaja.
Sebagian besar berasal dari serangan bunuh diri oleh pejuang yang bersekutu dengan Taliban atau Negara Islam Irak dan negara-negara tersebut. Kelompok bersenjata anti-pemerintah menyumbang 63 persen dari korban.
“Sudah waktunya untuk mengakhiri kesengsaraan dan tragedi manusia ini. Cara terbaik untuk menghentikan pembunuhan dan melukai warga sipil adalah menghentikan pertempuran,” kata kepala misi PBB di Afghanistan,Tadamichi Yamamoto seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (25/2).
Peningkatan serangan udara oleh pasukan AS dan Afghanistan juga menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil pada 2018, dengan lebih dari 500 warga sipil tewas oleh dalam operasi udara itu.
Amerika Serikat mengintensifkan kampanye udaranya terhadap gerilyawan Taliban dan ISIL saat Washington berupaya untuk menekan kelompok-kelompok bersenjata, menjatuhkan amunisi dua kali lebih banyak pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.
Yamamoto mengatakan adanya korban sipil tidak dapat diterima dan meminta semua pihak untuk segera mengambil langkah konkret dan menghentikan peningkatan jumlah warga sipil yang mengalami luka dan kehancuran hidup.