Sabtu 16 Mar 2019 06:45 WIB

‘Pahlawan Masjid’ yang Nekat Rebut Senjata Teroris

‘pahlawan masjid’ itu berhasil menyelamatkan seseorang dari penembakan

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Esthi Maharani
Polisi menjauhkan orang-orang  setelah penembakan yang mengakibatkan banyak kematian dan cedera di Masjid Al Noor di Deans Avenue di Christchurch, Selandia Baru, (15/3 2019).
Foto: EPA-EFE/Martin Hunter
Polisi menjauhkan orang-orang setelah penembakan yang mengakibatkan banyak kematian dan cedera di Masjid Al Noor di Deans Avenue di Christchurch, Selandia Baru, (15/3 2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH — Selalu ada kisah heroik dalam sebuah peristiwa maupun bencana mengerikan. Kisah heroik datang dari seorang ‘pahlawan masjid’ yang berhasil menyelamatkan seseorang dari penembakan brutal di dua masjid wilayah Christchurch, Selandia Baru.

Syed Mazharuddin merupakan salah satu jamaah selamat di Masjid Linwood, setelah mendapatkan pertolongan dari temannya. Dengan sangat berani, temannya tersebut mendekat ke arah penembak, dan berhasil merebut senjata.

“Orang-orang ketakutan dan ada yang berteriak-teriak dan saya mencoba berlindung. Pada saat saya berlindung, orang ini datang melalui pintu masuk utama dan karena ini masjid kecil, hanya ada sekitar 60-70 orang di sana,” jelas Syed dalam keterangannya.

Di sekitar pintu masuk, ada beberapa orang tua yang duduk di sana yang sedang berdoa, dan pelaku mulai menembaki mereka. Syed mengatakan, penembak itu memakai alat pelindung di tubuhnya dan menembak dengan brutal. Kemudian setelah itu, ada seorang lelaki dari dalam masjid mencoba untuk menangani penembak.

“Pria muda yang biasanya merawat masjid, dia melihat kesempatan dan menerkam pria bersenjata, lalu mengambil senjatanya,” kata Syed.

‘Pahlawan masjid’ itu berusaha mengejar, dan dia tidak dapat menemukan pelatuk di pistol. Tapi kemudian dia berlari mengejar pelaku. Sayangnya pelaku berhasil melarikan diri menggunakan mobil yang sudah ditunggu rekannya. Bahkan, salah satu temannya meninggal di tempat kejadian, sementara yang lain berdarah hebat ketika Syed mencoba menghubungi layanan darurat.

“Butuh hampir setengah jam, mungkin lebih dari setengah jam, untuk menunggu ambulans bisa tiba. Saya sempat berpikir dia pasti sudah meninggal,” jelas Syed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement