REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Facebook menyatakan, tidak ada yang melaporkan video serangan teror Christchurch, ketika sedang disiarkan secara langsung.
Dalam sebuah posting blog, Wakil Presiden dan Wakil Penasihat Umum di Facebook, Chris Sonderby, mengatakan, video itu ditonton kurang dari 200 kali selama siaran langsungnya.
"Tidak ada pengguna yang melaporkan video selama siaran langsung," kata dia dilansir dari laman Evening Standard, Selasa (19/3).
Selama 29 menit setelah video dimulai, tidak ada yang melaporkannya. Baru setelahnya pengguna pertama menandai rekaman itu.
"Laporan pengguna pertama pada video asli datang 29 menit setelah video dimulai, dan 12 menit setelah siaran langsung berakhir," ucapnya.
Facebook dan perusahaan media sosial lainnya mendapat kecaman atas penyebaran cepat rekaman di seluruh jaringan, serta di seluruh dunia. "Sebelum kami diberi tahu tentang video tersebut, seorang pengguna di 8chan memposting tautan ke salinan video di situs file-sharing," ujar Sonderby.
Sonderby mengungkapkan, Facebook bekerja sepanjang waktu untuk mencegah video muncul di situsnya. Algoritma Facebook menjadi sasaran pengawasan di Selandia Baru, setelah mereka tampaknya gagal mendeteksi fitur-fitur tertentu dari video yang mengganggu. Hal itu termasuk hal-hal yang mendasar seperti dugaan nama penembak dan secara otomatis menghapusnya.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern telah meminta perusahaan media sosial untuk bertanggung jawab. Ardern ingin mereka memastikan bahwa konten tersebut tidak dapat didistribusikan atau dilihat pada platform mereka.
Facebook sebelumnya mengungkapkan, telah menghapus 1,5 juta video serangan di seluruh dunia dalam 24 jam setelah penembakan. Sebanyak 1,2 juta di antaranya diblokir saat diunggah.