Jumat 29 Mar 2019 12:36 WIB

Pengawas HAM Minta Jacinda Ardern Tekan Cina Soal Xinjiang

Jacinda Ardern akan mengunjungi Cina pada awal pekan depan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
PM Selandia Baru Jacinda Ardern bersama ribuan warga lainnya berkumpul di Hagley Park, seberang Masjid Al Noor di Christchurch saat shalat Jumat pukul 13.30 waktu setempat berlangsung.
Foto: AP/Mark Baker
PM Selandia Baru Jacinda Ardern bersama ribuan warga lainnya berkumpul di Hagley Park, seberang Masjid Al Noor di Christchurch saat shalat Jumat pukul 13.30 waktu setempat berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia (HAM), Human Right Watch (HRW) mendesak Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menyampaikan kekhawatiran, terkait laporan penganiayaan terhadap muslim Xinjiang oleh pemerintah Cina, selama kunjungannya ke Beijing.

Dilansir dari laman Fox News Jumat (29/3), kunjungan Ardern pada awal pekan depan dilakukan setelah seorang teroris menewaskan 50 jamaah di dua masjid Selandia Baru. HRW menyatakan, Ardern berbicara dengan tegas untuk membela hak-hak muslim setelah serangan dan harus kembali melakukannya di Beijing.

Baca Juga

Ratusan ribu muslim Cina telah ditahan tanpa tuduhan di kamp-kamp deradikalisasi. Kerabat dan mantan tahanan mengatakan mereka telah mengalami kekerasan fisik dan dipaksa meninggalkan Islam.

HRW menyatakan, Ardern harus secara terbuka menyerukan para pemimpin Cina untuk menutup kamp lalu mengakhiri semua pelanggaran yang ada dan mengizinkan akses pada pengamat independen ke wilayah tersebut. Adapun para kritikus menyebutkan Cina mengoperasikan kamp-kamp interniran untuk warga Uighur dan muslim lainnya yang tinggal di Xinjiang. Sementara pemerintah Cina menyebutnya sebagai pusat pelatihan kejuruan.

Xinjiang merupakan rumah bagi minoritas Kazakhstan yang cukup besar. Kelompok HAM menyatakan, beberapa di antara mereka berakhir di fasilitas deradikalisasi.

Sementara itu, Cina juga telah meningkatkan upaya dalam melawan kritik yang berkembang di Barat dan kelompok-kelompok HAM terkait dengan program di Xinjiang.

Sebelumnya, Ardern mengungkapkan, perjalanan ke Cina dipersingkat menjadi kunjungan satu hari. Sebab, waktunya tidak tepat setelah penembakan massal terjadi di Christchurch.

"Itu dimaksudkan untuk kunjungan yang lebih lama termasuk delegasi bisnis. Tetapi dalam situasi yang sepertinya tidak tepat. Saya ingin mengakui bahwa tuan rumah kami, Cina, telah sangat mengakomodasi kebutuhan itu," kata Ardern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement