REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON — Pemimpin Muslim di Selandia Baru menjalin kerja sama dengan kepolisian untuk meningkatkan keamanan masjid selama bulan suci Ramadhan di negara itu.
Presiden Federasi Asosiasi Islam di Selandia Baru, Mustafa Farouk ingin memastikan Muslim dapat beribadah dengan aman selama Ramadhan. Dia mengatakan masjid di seluruh negeri tengah mempertimbangkan berbagai langkah keamanan mandiri selama Ramadhan, selain dukungan dari kepolisian.
“Kami telah menunjuk seorang Muslim yang bertugas di tentara Selandia Baru untuk membantu mengoordinasikan keamanan kami sendiri di seluruh masjid,” kata Farouk seperti dilansir di Radio New Zeland, Sabtu (27/4).
Aparat kepolisi tidak memiliki informasi adanya potensi ancaman kemanan saat ini. Namun, mereka memastikan akan meningkatkan kehadiran petugas di rumah ibadah seluruh negeri yang dianggap sebagai situs berisiko.
Aparat kepolisian enggan menjabarkan seperti apa bentuk pengamanan yang akan dilakukan. Alasannya, hal itu berkaitan dengan operasional dan kemanan petugas.
Sesuai dengan arahan keamanan, Farouk mengatakan masjid-masjid di seluruh negeri tidak lagi mengadakan buka puasa bersama setiap hari seperti rencana semula. Bahkan, lebih dari 10 masjid harus membatalkan acara buka puasa terbuka. Acara itu ditujukan untuk mengucapkan rasa terima kasih pada warga Selandia Baru.
“Kami berusaha mencari tahu bagaimana kami dapat mengucapkan terima kasih kepada warga Selandia Baru, tetapi karena alasan keamanan, kami tidak dapat membawa orang ke fasilitas kami sendiri sekarang,” ujar Farouk.
Acara itu dibatalkan karena dikhawatirkan membebani sumber daya kepolisian. Setelah serangan di dua masjid beberapa waktu lalu, para aktivis Christchurch mengorganisir aksi sehari melawan rasisme. Para aktivis berencana mengadakan rapat umum dan pawai di pertengahan Mei mendatang. Salah satu penyelenggara, Tom Roud khawatir apabila tidak ada suatu tindakan, maka ada risiko rasisme dan ekstremisme sayap kanan berakar di Selandia Baru.