Rabu 28 Nov 2018 20:29 WIB

Rusia Tempatkan Rudal S-400 di Semenanjung Krimea

Ukraiana akan secara signifikan meningkatkan jumlah angkatan bersenjatanya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Budi Raharjo
S 400 Triumph rudal jarak jauh andalan Rusia
Foto: Rusia-Insider.com
S 400 Triumph rudal jarak jauh andalan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dilaporkan akan menempatkan sistem rudal S-400 di Semenanjung Krimea. Hal itu dilakukan menyusul ketegangan yang terjadi antara Moskow dengan Ukraina sejak akhir pekan lalu.

Juru bicara distrik militer selatan Rusia, dikutip kantor berita Rusia, mengatakan, sebuah batalion rudal S-400 akan segera dikirim ke Krimea. Sistem rudal itu akan mulai beroperasi pada akhir tahun ini.

Penyebaran rudal S-400 di Semenanjung Krimea diduga telah lama direncanakan. Namun Rusia tampaknya merancang waktu pengumumannya guna mengirim pesan kepada Ukraina dan Barat bahwa mereka serius membela apa yang diklaimnya sebagai wilayah dan perairannya sendiri.

Rusia sebenarnya telah menempatkan tiga batalion sistem rudal antipesawat di Krimea dengan daya jangkau hingga 400 kilometer. Dengan turut menempatkan sistem rudal S-400 di sana, Rusia akan meningkatkan cakupan wilayah pertahanan udaranya.

Sistem rudal S-400 (Triumph) adalah sistem antipesawat yang telah dikembanglan Rusia sejak akhir 1980-an dan awal 1990-an. Sistem rudal tersebut dapat mencegat target sejauh 600 kilometer dan dapat melacak 300 sasaran.

Pada Selasa (27/11), Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan bahwa Rusia akan membayar harga besar bila menyerang negaranya. Ia pun memperingatkan invasi darat oleh Moskow.

Poroshenko mengatakan jika Rusia melakukan agresi, akan ada mobilisasi parsial. "Pertama dan terutama, cadangan gelombang pertama akan dimobilisasi, di mana tentara yang diberhentikan mengemas ransel dan menulis surat ke kantor rekrutmen tentang kesiapan mereka untuk membela Ukraina," ujarnya, dikutip laman //NBC News.

Dengan demikian, kata Poroshenko, sejak menit awal, Ukraiana akan secara signifikan meningkatkan jumlah angkatan bersenjatanya. "Menyediakan pasukan bersenjata kami dengan segala yang diperlukan dan memaksa musuh untuk bertanggung jawab atas pelanggaran perbatasan negara Ukraina," ucapnya.

Kendati demikian, Kiev dilaporkan telah meminta pembicaraan telepon dengan Moskow. Namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan, belum ada kontak telepon antara Poroshenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Akhir pekan lalu, Rusia menembaki tiga kapal milik angkatan laut Ukraina di Selat Kerch, sebuah wilayah di lepas pantai Krimea. Hal itu dilakukan karena Rusia menganggap tiga kapal tersebut telah melakukan provokasi dan secara ilegal memasuki wilayah perairannya. Rusia akhirnya menahan ketiga kapal tersebut bersama 24 awaknya.

Ukraina menyebut ketiga kapal milik angkatan lautnya memang melintasi Selat Kerch untuk menuju Laut Azov. Kiev mengklaim telah memberitahu pihak Rusia tentang rute yang akan dilewati kapal-kapal tersebut.

Setelah kejadian tersebut, Poroshenko segera mengeluarkan dekrit untuk memberlakukan darurat militer selama 30 hari. Dekret itu disepakati parlemen Ukraina pada Senin (26/11) dan mulai berlaku pada Rabu (27/11).

Pengadilan Krimea, pada Rabu, memerintahkan penahanan terhadap sembilan awak dari 24 awak kapal angkatan laut Ukraina yang ditangkap. Mereka termasuk perwira senior angkatan laut Ukraina dan setidaknya satu anggota badan intelijen SBU Ukraina.

Kemudian pengadilan di Simferopol, ibu kota Krimea, pada Selasa (27/11), telah memerintahkan 15 awak angkatan laut Ukraina lainnya untuk ditahan selama dua bulan sambil menunggu kemungkinan persidangan.

Seluruh awak kapal angkatan laut Ukraiana berpotensi menghadapi hukuman enam tahun penjara bila terbukti bersalah. Dalam konteks ini sesuai dengan apa yang dituduhkan Rusia bahwa mereka berusaha menyeberangi perbatasan secara ilegal dengan mencoba melintasi Selat Kerch yang dikendalikan Moskow tanpa pemberitahuan terlebih dulu serta mengabaikan seruan untuk berhenti.

Sementara itu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menyerukan Rusia untuk membebaskan tiga kapal milik angkatan laut Ukraina beserta seluruh awaknya. "Kami menyerukan kepada Rusia agar membebaskan para pelaut Ukraina dana kapal yang disitanya tanpa penundaan," kata NATO dalam sebuah pernyataan pada Selasa, dikutip laman Anadolu Agency.

NATO pun mengecam penggunaan kekuatan militer oleh Rusia untuk menyerang kapal-kapal Ukraina dan personel angkatan lautnya. "Kami menegaskan kembali dukungan penuh kami untuk kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial dalam batas-batas yang diakui secara internasional," kata NATO.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement