Selasa 19 Mar 2019 07:07 WIB

Eropa Selidiki Kaitan Sayap Kanan dan Teroris Christchurch

Tarrant meneceritakan perjalanannya dan pandangannya melalui manifesto.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Foto: AP
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pihak berwenang di Eropa bekerja memastikan terdakwa penembakan masjid di Selandia Baru memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan di benua Eropa. Sejak Jumat, para pejabat di Turki, Bulgaria, dan Yunani telah memulai penyelidikan formal terhadap dugaan perjalanan pelaku ke Eropa pada tahun-tahun sebelum ia pindah ke Selandia Baru.

Brenton Harrison Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, tampaknya telah melakukan perjalanan ke seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Asia, termasuk ke Turki, Prancis, Pakistan, Bulgaria, Hungaria, dan Korea Utara, seperti dilansir di The Guardian, Selasa (19/3).

Baca Juga

Manifesto yang diterbitkan online pada menit sebelum dugaan serangan Tarrant terhadap dua masjid di Christchurch mengklaim saat bepergian melalui Eropa barat pada 2017 pandangannya tentang imigrasi berubah secara dramatis. Tarrant menulis saat melakukan perjalanan melalui Prancis, Portugal, dan Spanyol dia merasa ngeri dengan pembunuhan Ebba Åkerlund, seorang gadis berusia 11 tahun. Gadis tersebut tewas ketika seorang pria Uzbek, Rakhmat Akilov, melajukan truknya ke sekelompok pejalan kaki di Stockholm pada April 2017.

Dua dari senapan yang digunakan dalam penembakan Christchurch memiliki referensi ke Åkerlund yang tertulis di sana, di antara pesan-pesan lainnya. Manifes itu juga merujuk pemilihan Prancis 2017, mengatakan ia putus asa pada kekalahan pemimpin Front Nasional sayap kanan, Marine Le Pen.

Manifes itu memberi kesan sangat sedih tentang imigrasi di Prancis. Dia menulis dia merasa marah dan putus asa bahwa orang-orang Prancis sering menjadi minoritas sendiri. Tarrant tidak berada di radar badan-badan intelijen di Australia atau Selandia Baru, para ahli percaya kemungkinan ia telah dipengaruhi gerakan identitas sayap kanan.

Dibentuk di Prancis pada 2016, gerakan ini menampilkan kiasan umum tentang apa yang diklaim penganutnya sebagai pengganti budaya Eropa dengan yang bukan Eropa, banyak di antaranya digemakan dalam dokumen tersebut, berjudul "Penggantian Agung".

Ahli kontra-terorisme Greg Barton, dari Deakin University di Melbourne, mengatakan tampaknya Tarrant berbagi sejumlah gagasan dengan gerakan itu. "Ini hanya spekulasi saja, tetapi akan masuk akal dalam konteks itu ia telah mengambil ide-ide tersebut saat bepergian di Eropa pada waktu itu," katanya kepada Guardian.

Manifesto itu juga menyatakan keprihatinan terhadap lingkungan, sesuatu yang dikatakan Barton adalah prinsip "gerakan dominion", sebuah kelompok yang ia gambarkan sebagai manifestasi Selandia Baru dari identitas Eropa. Gerakan itu menutup situsnya setelah penembakan Jumat, dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan dengan tegas mengutuk peristiwa di Christchurch.

"Baik gerakan kami maupun anggotanya tidak pernah memiliki komunikasi atau hubungan dengan pelaku," kata kelompok itu dalam sebuah catatan di halaman tertutup. Situsnya sebelumnya menyatakan Eropa adalah orang-orang yang menentukan bangsa ini.

Pejabat Yunani mengatakan Tarrant telah mengunjungi Yunani secara singkat pada 2016. Sebuah pernyataan dari kementerian perlindungan warga mengatakan ia terbang dari kota Istanbul Turki pada 20 Maret dan tinggal beberapa hari di pulau Kreta dan Santorini.

Tarrant juga memiliki dua pemberhentian di bandara Yunani pada November dan Desember tahun itu. Seorang sumber kepolisian Yunani mengatakan penyelidikan atas pergerakan Tarrant masih berlanjut.

Dia juga melakukan dua perjalanan ke Turki pada 2016 untuk total 43 hari. Dia mengunjungi negara itu dari 17-20 Maret dan tiba kembali pada 13 September sebelum pergi pada 25 Oktober. Pejabat Turki yang mengatakan pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki gerakan dan kontak teroris itu di dalam negara.

Manifes itu memuat banyak referensi eksplisit ke kekaisaran Ottoman, Turki dan presidennya, Recep Tayyip Erdoğan, yang menyatakan umat Islam harus diusir dari bagian Turki yang terletak di barat dari pembagian benua antara Eropa dan Asia.

Menurut kepala jaksa Bulgaria, Sotir Tsatsarov, Tarrant mengunjungi Bulgariafrom 9-15 November tahun lalu, mengklaim ia ingin mengunjungi situs bersejarah dan mempelajari sejarah negara Balkan. Tsatarov mengatakan negara itu akan menyelidiki apakah alasan ini benar atau jika ia memiliki tujuan lain.

Penyelidik mengatakan Tarrant tiba di Sofia dari Dubai pada 9 November dan menyewa mobil pada hari berikutnya untuk mengunjungi situs bersejarah di 10 lokasi. "Dia berangkat pada 15 November dengan penerbangan menuju ibukota Romania, Bucharest, di mana dia menyewa mobil untuk bepergian ke Hungaria," kata Tsatsarov.

Warga Australia ini juga melakukan perjalanan dengan bus melintasi Serbia, Kroasia, Montenegro, dan Bosnia-Herzegovina dari 28-30 Desember 2016. Dalam siaran langsung serangan pada Jumat, sebuah lagu nasionalis Serbia dapat terdengar diputar melalui pelantang suara mobilnya.

Menurut laporan radio, Tarrant juga mengunjungi Spanyol tahun lalu. Jaringan Cadena Ser mengatakan dia menghabiskan satu malam di sebuah hotel di selatan kota Jerez pada Februari 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement