Kamis 04 Feb 2016 16:17 WIB

Jika Banding Ditolak, Pendiri WikiLeaks Rela Ditangkap Polisi

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Julian Assange
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Julian Assange

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pendiri WikiLeaks, Julian Assange akan meninggalkan Kedutaan Ekuador di London dan rela ditangkap polisi jika panel PBB besok, Jumat (5/2) memutuskan tidak ada kesempatan banding bagi Assange.

Assange (44 tahun) berada di kedutaan Ekuador untuk berlindung sejak Juni 2012. Ia berada di sana menghindari ekstradisi ke Swedia setelah menerima tuduhan pelecehan seksual pada 2010.

"PBB harus mengumumkan besok saya telah kehilangan kasus melawan Inggris dan Swedia, saya akan keluar kedutaan pada Jumat siang untuk menerima penangkapan oleh polisi Inggris karena tidak ada prospek yang berarti," katanya dalam pernyataan yang diunggah di akun Twitter WikiLeaks, Kamis (4/2).

Namun, jika ia menang dan pihak berwenang negara tersebut dinyatakan bertindak melawan hukum, Assange berharap segera mendapatkan kembali paspornya dan upaya penangkapan lebih lanjut dihentikan.

Ia khawatir Swedia akan mengekstradisinya ke Amerika Serikat. Di AS, ia bisa diadili atas penerbitan WikiLeaks tentang dokumen militer dan diplomatik rahasia yang merupakan salah satu kebocoran terbesar dalam sejarah AS.

Bidang penahanan sewenang-wenang PBB saat ini sedang mempertimbangkan permintaan bantuan untuk Assange. Keberadaan Assange di kedutaan dianggap merupakan penahanan sewenang-wenang.

Menurut Assange, ia telah kehilangan kebebasan mendasar, termasuk kurangnya akses ke sinar matahari atau udara segar, fasilitas medis yang memadai serta ketidakamanan hukum dan prosedural.

Ia menjadi berita utama internasional pada awal 2010 ketika WikiLeaks menerbitkan video militer AS yang menunjukkan serangan oleh helikopter Apache pada 2007. Serangan tersebut menewaskan belasan orag di Baghdad, Irak termasuk dua staf kantor berita Reuters.

Setelah itu, WikiLeaks merilis lebih dari 90 ribu dokumen rahasia yang merinci kampanye militer pimpinan AS di Afghanistan, diikuti oleh hampir 400 ribu laporan internal militer AS yang merinci operasi di Irak.

Tidak sampai di sana, pengungkapan WikiLeaks juga melaporkan 250 ribu telegram dari kedutaan AS. Itu artinya, hampir lebih dari tiga juta kabel diplomatis AS sejak 1973.

Sejak penahanan Assange, WikiLeaks terus menerbitkan dokumen seperti Trans Pacific Partnership (TPP) yang merupakan salah satu penawaran perdagangan multinasional terbesar di dunia. TPP ditandatangani oleh 12 negara anggota di Selandia Baru.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement