Selasa 09 Aug 2016 03:50 WIB

Amnesti Internasional: Ratusan Orang Tewas Akibat Bentrokan di Ethiopia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Bayu Hermawan
Unjuk rasa di Addis Abbaba, Ethiopia, berakhir ricuh
Foto: Reuters
Unjuk rasa di Addis Abbaba, Ethiopia, berakhir ricuh

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Organisasi Amnesti Internasional mencatat hampir 100 jiwa tewas dalam protes saat akhir pekan lalu di Ethiopia. Banyaknya korban jiwa menyusul demonstran yang bentrok dengan aparat keamanan di berbagai bagian negara itu.

Kelompok ini mengatakan insiden paling mematikan terjadi di Bahir Dar, di mana setidaknya 30 orang tewas pada Ahad (7/8). Pihak berwenang mengatakan tujuh jiwa tewas di Bahir Dar dan pasukan keamanan bereaksi terhadap kekerasan pengunjuk rasa.

Gelombang protes di Ethiopia ini belum pernah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Masyarakat di daerah etnis Oromo dan Amhara mengeluh tentang marginalisasi politik dan ekonomi.

Amnesty mengatakan bahwa 67 jiwa tewas ketika pasukan keamanan menembakkan peluru kepada para demonstran yang melakukan aksi damai di berbagai kota di wilayah etnis Oromo selama akhir pekan lalu.

Ada bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa pada Ahad di Bahir Dar, yang merupakan ibu kota wilayah Amhara. Aktivis oposisi telah memberikan angka yang sama untuk jumlah korban jiwa yang tewas. Pemerintah menyalahkan musuh asing dan aktivis media sosial yang menentang peringatan tentang menyelenggarakan protes yang tidak sah.

''Pihak berwenang mengatakan bahwa demonstran menghancurkan pemerintah dan milik swasta dan menimbulkan kematian pada warga yang tidak bersalah dan penangkapan dilakukan pada orang yang berusaha untuk menyebarkan kekerasan,'' radio FBC melaporkan seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (9/8).

Amerika Serikat (AS) sekutu dekat pemerintah negara tersebut mengaku sangat prihatin dengan terjadinya kekerasan. AS juga mengatakan, hak-hak rakyat untuk berdemonstrasi harus dihormati.

Kerusuhan itu dipicu November lalu oleh rencana untuk memperluas ibu kota ke Oromia. Hal ini menyebabkan para petani dari kelompok etnis Oromo yang terbesar di Ethiopia merasa ketakutan karena mereka akan mengungsi.

Rencana itu kemudian terhenti tapi protes terus terjadi dan menyoroti isu-isu seperti marjinalisasi dan hak asasi manusia. Organisasi yang berbasis di New York Human Rights Watch mengatakan bahwa lebih dari

400 orang telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan sejak protes dimulai. Namun, Pemerintah Ethiopia membantah angka ini.

Amhara adalah kelompok etnis terbesar kedua Ethiopia merupakan pembentuk elit negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement