REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Debat pemilu presiden pertama antara Donald Trump dan Hillary Clinton telah berakhir, Senin (26/9). Tidak seperti primary dan kaukus, kali ini hasil menang dan kalah tidak dihitung oleh angka.
Dilansir Guardian, debat pertama ini cukup memperlihatkan kesiapan kedua kandidat. Donald Trump seperti biasa terlihat berapi-api dengan naik turunnya emosi saat debat. Sementara Clinton tampak selalu tenang menangkis setiap serangan Trump.
Trump pun terlihat kewalahan dipaksa mengeluarkan pernyataan-pernyataan pembelaannya selama debat. Dipandu oleh moderator Lester Holt, suasana debat di Hofstra University itu cukup panas.
Trump sempat terlihat marah ketika membela diri soal tuduhan rasial, seksisme dan pajak. Sementara kandidat dari Republik itu menyerang Clinton dalam rekor politik dan perdagangannya.
Trump menyebut Clinton adalah tipe politisi yang hanya bicara tapi tidak bertindak. Clinton membalasnya dengan diplomatis. "Kata-kata itu penting jika Anda jadi presiden, dan ini sangat penting ketika Anda presiden," kata Clinton seperti dilansir dari the Guardian.
Kandidat Demokrat ini juga mengatakan Trump mengkritiknya karena dianggap telah mempersiapkan debat. Hillary tak menampik soal persiapan itu. Selain itu, tambah mantan menteri luar negeri ini, ia juga sangat mempersiapkan untuk jadi seorang presiden.
Dalam bahasan terpanas, Clinton menuduh Trump rasis karena mempertanyakan kewarganegaraan Presiden Barack Obama. "Ia punya rekor panjang soal perilaku rasial, salah satu yang paling menyakitkan adalah kebohongan soal kelahiran," kata Clinton.
Baca juga, Trump Interupsi Clinton 25 Kali dalam 26 Menit Pertama.
Lebih lanjut Trump menyindir Clinton soal stamina. Ia menyuruh mantan Menlu AS itu duduk di rumah saja di tengah isu soal penyakitnya. Clinton membalas Trump dengan mengatakan ia memecahkan rekor dengan mengunjungi 112 negara dalam empat tahun.
"Ketika Donald Trump hanya menghabiskan 11 jam memberi testimoni di depan komite kongres," kata Clinton. Di atas panggung debat, Trump juga memperlihatkan sisi temperamentalnya. Terutama saat sesi satu lawan satu.
Juru bicara kampanye Trump, Boris Epsheteyn mengkritik moderator yang dinilai tidak adil pada Trump. "Ia lebih keras pada Trump, ia lebih sering menginterupsi Trump," katanya. Namun milyarder itu mengatakan Holt melakukan kerja yang baik.
Ketua kampanye Clinton, John Podesta, jumawa setelah debat berakhir. Ia mengatakan debat ini menunjukkan bahwa Trump gila dan tidak cocok jadi presiden. "Kita lihat bagaimana pemilih menilai ini," kata manager kampanye Clinton, Robby Mook.