Sabtu 19 Sep 2015 11:33 WIB
Penistaan Masjid Al Aqsha

Al-Aqsa Diserang, Jokowi Jangan Diam

Seorang warga Palestina menendang gas air mata ke arah tentara Israel dalam kerusuhan di kompleks Masjid Al-Aqsa, Selasa (15/9).
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Seorang warga Palestina menendang gas air mata ke arah tentara Israel dalam kerusuhan di kompleks Masjid Al-Aqsa, Selasa (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu per satu negara Muslim mengecam serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa pekan ini. Turki, Mesir, Palestina, dan Yordania termasuk di antara negara awal yang secara tegas, mengutuk sikap semen-mena Israel di kiblat pertama Muslim itu.

Terakhir yang mengeluarkan pernyataan tegas yakni Arab Saudi. Raja Saudi Salman menghubungi langsung Presiden AS Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Prancis Francois Hollande, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk menyatakan rasa keprihatinannya terhadap tindakan Al-Aqsa.

Salman juga meminta Dewan Keamanan Nasional untuk mengambil langkah tegas agar Israel tidak melanggar kesucian Al-Aqsa.  Sementara itu, Indonesia belum memberikan pernyataan tegas ihwal sikap semena-mena Israel. Wartawan Republika di Istana Kepresiden belum mendengar sikap Presiden Joko Widodo secara langsung tentang penyerangan tersebut.

Adapun pihak Kementerian Luar Negeri mengatakan, Pemerintah RI akan membahas masalah Al-Aqsa dalam rapat PBB. 

Sekretaris Umum Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Heri Efendi menilai, pemerintahan RI masih sangat kurang dalam memberikan tekanan agar Israel tidak semena-mena terhadap Masjid Al-Aqsa. Padahal, tentara Zionis telah melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Mereka dengan semena-mena memasuki Masjid Al-Aqsa, dan melakukan pengrusakan terhadap situs bersejarah ini.  Karena itu, kata Heri,  tidak ada alasan bagi Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia untuk diam.

"Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tinggal diam melihat pelanggaran hukum internasional ini," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (19/9).

Menurut Heri sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), indonesia bersama dengan negara lain bisa berdiri di depan untuk melawan pelanggaran ini. Tidak hanya sekedar mengecam tapi juga melakukan langkah nyata dalam mencegah tindakan semena-mena Israel.  "Ini merupakan kultural genosida," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement