Kamis 26 Jul 2018 01:26 WIB

Perjanjian Damai Israel-Palestina Prakarsa AS Dikritik

AS dinilai abaikan isu Yerusalem dan pengungsi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Yerusalem
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID,  NEW YORK -- Duta besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menilai perjanjian perdamaian Israel-Palestina oleh AS tidak berguna karena mengabaikan isu Yerusalem dan pengungsi. Pihaknya juga tidak tertarik dengan apa yang diusulkan AS.

"Kami tidak tertarik dengan apa yang akan mereka usulkan karena Yerusalem tidak ada, para pengungsi tidak ada," kata dia seperti dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (25/7).

Riyad melanjutkan, pihaknya tidak ingin terlibat dalam sesuatu yang tidak berguna. Sebab katanya, semua hal yang telah diumumkan secara sepihak adalah hal-hal yang tidak akan membuka jalan bagi perdamaian dan kemajuan.

Pengakuan Trump pada Desember terkait Yerusalem sebagai ibukota Israel secara luas dilihat sebagai langkah meremehkan pengaturan lama yang mendukung proses perdamaian Palestina-Israel. Status kota yang diperebutkan secara luas dianggap sebagai masalah status terakhir dalam pembicaraan tersebut.

Selain itu, pengumuman Trump membuat pemimpin Palestina berada di dalam kondisi yang tersudukutkan. Akibatnya mereka terus menolak peran AS dalam menengahi pembicaraan tentang pengumuman dan menolak untuk kembali bernegosiasi.

Palestina sedang mengupayakan Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel sejak 1967 sebagai ibu kota negara Palestina merdeka. Awal tahun ini, AS menangguhkan lebih dari setengah dari pendanaannya untuk badan pengungsi Palestina PBB, menahan 65 juta dolar dari 125 juta dolar dalam bentuk dana tahunan setelah Palestina menolak peran AS dalam setiap pembicaraan damai.

Akibatnya UNRWA pun menghadapi kekurangan dana yang mengancam untuk menghentikan pembukaan sekolah pada bulan September menyusul keputusan AS untuk menghentikan sebagian pendanaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement