Ahad 13 Jan 2019 11:51 WIB

Israel Gagal Bangun Sistem untuk Mata-Matai Hamas

Hamas mengatakan operasi penyamaran tentara Israel untuk menggangu komunikasi Hamas.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bayu Hermawan
Selebrasi perdamaian Hamas dan Fatah (ilustrasi)
Foto: channel4.com
Selebrasi perdamaian Hamas dan Fatah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas mengatakan operasi penyamaran tentara Israel yang gagal dilakukan pada 11 November lalu bertujuan untuk mengganggu komunikasi anggota Hamas. Israel sebelumnya mengatakan operasi itu merupakan sebuah misi intelijen.

"Tujuan mereka adalah membangun sistem mata-mata untuk menguping jaringan komunikasi perlawanan di Jalur Gaza", Abu Obeida, juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, dikutip dari Aljazirah.

Abu Obeida menunjukkan rekaman video yang menunjukkan tentara Israel yang sedang beraksi. Ia mengatakan, saat itu 15 anggota unit elit militer Israel telah menyusup ke Gaza melalui pagar perbatasan. Mereka melakukan perjalanan menggunakan mobil yang disamarkan sebagai kendaraan milik badan amal setempat.

Namun operasi penyamaran itu berubah mematikan ketika tentara Israel yang menyamar terlihat di dekat Khan Yunis di Jalur Gaza selatan. Baku tembak kemudian terjadi hingga merenggut nyawa seorang tentara Israel dan tujuh warga Palestina, termasuk seorang komandan militer Hamas setempat.

Pada Kamis (10/1) lalu, Hamas mengatakan telah berhasil menyita peralatan yang digunakan oleh unit elit itu. Hamas juga menjanjikan hadiah sebesar satu juta dolar bagi kolaborator lokal yang bersedia memberikan informasi mengenai operasi itu kepada Hamas.

Hamas sejauh ini telah menangkap 45 warga Palestina yang menjadi kolaborator dengan Israel terkait insiden di Khan Yunis. Hamas juga menerbitkan foto-foto delapan tentara dan dua kendaraan yang berkaitan dengan operasi itu. Militer Israel memohon kepada publik dan media agar tidak mempublikasikan ulang foto-foto itu.

Insiden tersebut mendorong Hamas untuk melakukan balas dendam dan memicu gejolak paling mematikan di antara kedua belah pihak sejak serangan militer Israel di Gaza pada 2014. Gencatan senjata pada 13 November yang ditengahi oleh Mesir kemudian berhasil mengakhiri pertempuran itu.

Israel telah meluncurkan tiga serangan militer di Jalur Gaza sejak 2008 dan telah membiarkan wilayah itu berada di bawah blokade bersama dengan Mesir selama lebih dari satu dekade.

Israel mengatakan langkah itu diperlukan untuk mengisolasi Hamas dan mencegahnya memperoleh senjata. Meskipun demikian, para kritikus mengatakan tindakan itu sama saja dengan memberikan hukuman kolektif terhadap dua juta penduduk wilayah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement