Kamis 08 Nov 2018 19:00 WIB

Saudi Gunakan Aplikasi Buatan Israel untuk Lacak Khashoggi

Aplikasi Pegasus Spyware buatan perusahaan Israel dipakai untuk lacak Khashoggi.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Edward Snowden.
Foto: Reuters
Edward Snowden.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Mantan kontraktor  Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Edward Snowden mengatakan perangkat lunak yang dibuat oleh perusahaan keamanan siber Israel digunakan untuk melacak keberadaan Jamal Khashoggi. 

Dilansir Anadolu, Kamis (8/11), dalam sebuah konferensi di Tel Aviv, Israel, Edward Snowden mengatakan melalui panggilan video, bahwa perangkat pengintai atau   Pegasus Spyware telah dijual kepada pemerintah Saudi melalui NSO Group Technologies. Alat itu digunakan untuk melacak lawan.

“Orang-orang Saudi, tentu saja, tahu bahwa Khashoggi akan pergi ke konsulat, karena dia memiliku janji. Tapi bagaimana mereka tahu niat dan rencananya?," katanya.

Khashoggi, seorang kolumnis untuk The Washington Post dan warga negara Saudi, dibunuh pada 2 Oktober setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul. Menurut kantor Kejaksaan Istanbul, begitu berada di dalam, Khashoggi dicekik dan kemudian dimutilasi. Sampai saat ini, Arab Saudi belum mengungkapkan keberadaan jasad Khashoggi.

Snowden mengatakan smartphone salah satu teman Khashoggi, yang tinggal di pengasingan di Kanada, telah terinfeksi Pegasus Spyware. Dia mengatakan perangkat lunak itu memungkinkan Saudi untuk mengumpulkan informasi tentang Khashoggi.

"Yang benar adalah mereka mengejar beberapa temannya melalui program yang dibuat oleh perusahaan Israel," katanya.

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh lembaga penelitian Kanada Citizen Lab menyebutkan bahwa ponsel Omar Abdulaziz, seorang aktivis Saudi dan penduduk tetap Kanada, menjadi sasaran dan terinfeksi dengan Pegasus Spyware milik NSO Group.

Perangkat lunak itu, yang memungkinkan pengawasan tak terbatas terhadap ponsel, dipandang sebagai aplikasi spyware seluler paling kuat di dunia. Snowden, yang membocorkan ribuan dokumen dan merinci program pengawasan jangka panjang oleh pemerintah AS, diberikan suaka oleh Rusia pada 2013 setelah AS menuduhnya dengan spionase. Izin tinggalnya di Rusia diperpanjang hingga 2020.

Baca: Raja Salman Tunjukkan Dukungan untuk Putra Mahkota

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement