Sabtu 09 Feb 2019 18:30 WIB

Koalisi Pimpinan Saudi Lancarkan Serangan di Sanaa

Houthi kini mengusai sebagai besar wilayah perkotaan.

Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Koalisi pimpinan Saudi di Yaman melancarkan operasi dengan sasaran yang sudah ditetapkan di Sanaa, ibu kota dikuasai gerakan Houthi, Sabtu (9/2). Operasi tersebut menyasar satu lokasi tempat penyimpanan dan penyiapan drone dan kendaraan-kendaraan untuk meluncurkan pesawat tanpa awak tersebut di Sanaa.

Koalisi itu menambahkan operasi tersebut sesuai dengan hukum internasional dan langkah-langkah itu diambil untuk melindungi warga sipil. Uni Emirat Arab (UAE) yang ikut dalam koalisi itu diberitakan telah melatih dan mempersenjatai ribuan pejuang Yaman, sebagian besar di provinsi-provinsi di wilayah selatan dan pesisir barat, sebagai bagian dari pasukan yang memerangi Houthi.

Houthi kini mengusai sebagai besar wilayah perkotaan, termasuk Sanaa dan pelabuhan utama Hodeidah. Negara-negara Barat yang sebagian besar menyediakan persenjataan dan intelijen bagi koalisi, telah menekankan agar perang hampir empat tahun di negara itu diakhiri setelah pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Peristiwa pembunuhan itu membuat mereka meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas Arab Saudi di kawasan. Konflik di Yaman secara luas dianggap sebagai perang antara Muslim Suni Arab Saudi dan Muslim Syiah Iran, yang dihasut oleh suatu pihak berpengaruh.

Houthi membantah tuduhan bahwa Iran memasok mereka dengan persenjataan dan mengatakan bahwa revolusi mereka menentang korupsi. Gerilyawan Houthi menguasai Hudaidah saat faksi lain Yaman yang didukung koalisi pimpinan Saudi berusaha memulihkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional bertebaran di pinggir kota pelabuhan tersebut.

Kegagalan mereka untuk menarik petempur dari kota itu, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata satu-bulan, telah menghidupkan kembali ancaman terhadap serangan besar terhadap Hudaidah, kondisi yang bisa memicu kelaparan. Dalam enam bulan terakhir saja, perang di Yaman telah memaksa lebih dari setengah juta anak meninggalkan rumah mereka, kata beberapa kelompok bantuan pada Kamis (31/1). Organisasi-organisasi itu memperingatkan generasi pemuda terancam hilang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement