Kamis 14 Feb 2019 18:18 WIB

27 Garda Revolusi Iran Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri

Serangan terjadi beberapa hari usai Iran merayakan 40 tahun revolusi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Garda Revolusi Iran
Foto: AP
Pasukan Garda Revolusi Iran

REPUBLIKA.CO.ID, SISTAN-BALUCHISTAN -- Setidaknya 27 pasukan elite Garda Revolusi Iran tewas dalam serangan bom bunuh diri di Provinsi Sistan-Baluchinstan pada Rabu (13/2) waktu setempat. Ini serangan besar kedua dalam enam bulan terakhir.

Dilansir di The Telegraph, Kamis (14/2) ledakan terjadi ketika Amerika Serikat, Israel dan negara-negara Teluk Arab sedang berkumpul di Polandia. Mereka membahas Timur Tengah terutama tentang Iran dan Suriah.

Salah satu pasukan Garda Revolusi mengatakan pelaku bom bunuh diri itu menabrakan mobil yang sarat dengan bahan peledak ke gerbong yang dipenuhi pasukan Garda Revolusi. Serangan ini terjadi di Provinsi Sistan-Baluchitan yang bergejolak.

Media setempat juga melaporkan setidaknya ada 10 orang yang berada di dekat lokasi kejadian ikut tewas. Kelompok pemberontak The Army of Justice yang bermarkas di Sistan-Baluchitan mengaku bertanggung jawab atas kejadian itu.

Serangan ini juga terjadi beberapa hari usai Iran merayakan 40 tahun revolusi mereka. Iran yang mayoritas Muslim Syiah menggunakan kata Takfirin untuk menyebut ekstremis Sunni. "(Pelakunya) teroris takfirin dan tentara bayaran yang melayani badan intelijen asing negara arogan dunia," kata Garda Revolusi Iran.

Sebelumnya, Iran menuduh Arab Saudi yang membiayai the Army of Justice. Tuduhan dibantah dengan keras oleh Arab Saudi.

Kantor berita Tasnim melaporkan dalam serangan ini setidaknya ada 27 orang tewas dan banyak yang terluka. Kantor berita yang memiliki hubungan dengan Garda Revolusi itu juga merilis foto di lokasi kejadian yang menunjukan bus yang hancur karena ledakan.

Pada bulan September lalu parade militer Garda Revolusi serang sekelompok orang. Mereka dihujani tembakan, 25 orang dinyatakan tewas. Kelompok separatis dan ISIS sama-sama mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Wakil Presiden AS Mike Pence dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan di Warsawa. Kekuatan-kekuatan Eropa hanya menawarkan partisipasi terbatas dalam pertemuan itu. Keengganan negara-negara besar Eropa ini menandakan kemarahan mereka atas kebijakan unilateral AS di Iran dan Suriah.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt akan meninggalkan pertemuan Warsawa lebih awal karena ada urusan Brexit. Sementara Prancis hanya mengirimkan pegawai sipil mereka dan Jerman mengirimkan menteri luar negeri junior.

Kepala bidang luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini akan memboikot pertemuan tersebut. Awalnya dalam pertemuan ini AS ingin menekan negara-negara Uni Eropa untuk bersedia mengadopsi kebijakan yang lebih agresif terhadap Iran.

Iran sudah mengutuk pertemuan tersebut sebagai pertemuan yang 'destruktif dan tidak bertanggung jawab'. Rusia, Turki dan Qatar menolak menghadiri pertemuan tersebut.

Polandia terpaksa memenuhi permintaan AS untuk menjadi tuan rumah. AS menjanjikan akan mengirimkan pasukan mereka ke Polandia untuk menangkal pengaruh Rusia di sana. Kini ada sekitar 3.000 pasukan AS di negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement