Kamis 13 Jun 2019 19:20 WIB

Kapal Tanker Jepang Diserang di Selat Hormuz

Kapal tanker Jepang yang mengangkut 25 ribu ton metanol diserang di Selat Hormuz.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Kapal tanker (Ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Kapal tanker (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kapal tanker milik perusahaan ekspedisi asal Jepang, Kokuka Sangyo Ltd, diserang di dekat Selat Hormuz pada Kamis (13/6). Kejadian tersebut membuat semua awak kapal dievakuasi.

Presiden Kokuka Sangyo, Yutaka Katada, mengungkapkan, kapal tanker miliknya diserang sebanyak dua kali. Serangan itu terjadi dalam rentang waktu tiga jam dan memaksa para awak kapal dievakuasi. Tak ada awak yang terluka dalam peristiwa tersebut.

Baca Juga

Kapal yang menjadi target serangan diketahui bernama The Kokuka Courageous. Menurut lembaga penyiaran Jepang, kapal itu mengangkut 25 ribu ton metanol. Kokuka Sangyo belum merilis keterangan resmi perihal kejadian tersebut.

Bulan lalu, empat kapal tanker, dua di antaranya milik Arab Saudi, juga diserang di Selat Hormuz, tepatnya dekat pelabuhan Fujairah, di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA). Peristiwa itu seketika memicu ketegangan di kawasan Teluk.

Iran dituding menjadi dalang di balik serangan. Hal itu didasarkan pada hasil penyelidikan awal yang dilakukan Saudi, UEA, Norwegia.

"Kami yakin tanggung jawab atas serangan ini ada di pundak Iran," kata Duta Besar Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi seusai mempresentasikan hasil penyelidikan awalnya kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat pekan lalu.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa empat kapal tanker yang menjadi target kemungkinan besar diserang menggunakan ranjau limpet. Ranjau tersebut secara magnetis melekat pada lambung kapal masing-masing.

Menurut laporan awal ketiga negara, ranjau ditempel oleh penyelam terlatih yang dikerahkan dari kapal cepat. Ranjau ditempatkan segera setelah kapal berlabuh.

UEA percaya dibutuhkan informasi intelijen tingkat tinggi untuk melakukan serangan semacam itu. Sebab pengetahuan yang mendetail tentang desain kapal diperlukan untuk meledakkan ranjau tanpa menenggalamkan kapal.

Saudi menyatakan bahwa serangan terhadap empat kapal tanker tersebut mempengaruhi keselamatan navigasi internasional dan keamanan pasokan minyak dunia. Oleh sebab itu, peristiwa tersebut membutuhkan respons dari Dewan Keamanan PBB.

Kendati demikian, laporan yang disodorkan Saudi, UEA, dan Norwegia tak secara eksplisit mencantumkan nama negara yang menjadi dalang di balik peristiwa itu. Iran sendiri menyikapi laporan awal Saudi, UEA, dan Norwegia secara dingin. Sebelumnya, Teheran memang telah berulang kali membantah terlibat dalam aksi sabotase empat kapal tanker di perairan UEA.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement