REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Krisis Mesir belumlah usai. Kali ini yang menjadi sasaran institusi sekaligus simbol pengkajian Islam di dunia, Universitas Al-azhar, Kairo.
Imam Besar Mesir sekaligus rektor Universitas Al-azhar, Ahmed Al-Tayeb tengah digoyang agar tidak lagi menduduki pucuk pimpinan di salah satu universitas tertua di dunia tersebut. Harian Asharq al-Awsat yang berbasis di Inggris, Rabu (22/3) melaporkan para demonstran melarang Tayeb masuk ke kantornya. Pengunjuk rasa yang sekaligus karyawan Universitas meminta Tayeb untuk berhenti dari jabatannya.
Tayeb sempat lama menunggu di pintu gerbang lantaran tertahan di luar. Asharq al-Awsat juga melaporkan setelah menunggu lama, Tayeb memutuskan segera menuju ke kantor pusat, Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (DTAB) guna bertemu ketua DTAB Mesir, Marsekal Mohammad Hussein Tantawi.
Dalam pertemuan itu, menurut sumber di Kairo, Tayeb mengajukan pengunduran dirinya sebagai rektor Universitas Al-Azhar. Namun, masih menurut sumber yang sama, pengunduran diri Tayeb ditolak.
Tantawi, masih menurut Asharq mengatakan Mesir masih mengalami masa-masa sulit. Karena itu, pengunduran diri Tayeb ditunda sementara.
Krisis yang menerpa Univeritas Al-azhar tidak terlepas dari seruan kemerdekaan dalam kehidupan institusi dan organisasi di Mesir. Seruan ini memunculkan konsekuensi berupa pemilihan ketat setiap kepala institusi dan organisasi.
Disamping itu, langkah rekstrukturisasi juga diberlakukan dengan mempercepat pensiun para karyawan yang sudah lama mengabdi. Selain perombakan struktur, para demonstran juga menuntut pemberhentian semua penasihat yang dianggap mendapatkan gaji kelewat tinggi.
Situasi itu tentu saja mengundang perhatian Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang segera mengirimkan delegasi untuk bertemu dengan para demonstran sekaligus menampung tuntutan mereka. Namun, sikap tegas para demonstran sudah lebih dulu dilakukan dengan melakukan mogok, menutup seluruh akses ke kampus, menghentikan operasi lift dan mencegah pejabat utama kampus untuk masuk.