REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA-Komando operasi militer di Libya akan dialihkan dari AS ke NATO dalam satu atau dua hari. Satu-satunya negara Muslim anggota NATO, Turki, yang semula menolak NATO mengambil alih operasi militer di Libya, akhirnya menyetujui langkah ini.
“Telah diambil keputusan berdasarkan kompromi, yang ditempuh dalam waktu singkat,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu. “Operasi ini akan dialihkan kepada NATO.”
Ia mengatakan kesepakatan telah dicapai melalui telekonferensi dengan AS, Prancis, dan Inggris. Pengambilalihan, katanya, akan dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua hari.
Sebelumnya, meski ikut menerapkan blokade laut terhadap Libya, Turki menolak operasi militer di Libya diambil alih NATO, kecuali ada jaminan bahwa operasi ini hanya sebatas melindungi warga sipil, menegakkan embargo senjata dan zona larangan terbang, serta penyaluran bantuan kemanusiaan.
Pengumuman ini disampaikan Davutoglu setelah empat hari pembahasan masalah Libya pada pertemuan puncak NATO di Brussels, Belgia. Setiap keputusan NATO harus didukung oleh 28 negara anggotanya.