REPUBLIKA.CO.ID,Jalan Qaddafi, mesjid Qaddafi, gedung Qaddafi - sejumlah negara Afrika menggunakan nama Qaddafi untuk fasilitas dan lembaga pemerintahannya. Mereka ingin menunjukkan bahwa Qaddafi punya pengaruh besar di benua hitam itu. Bank Pembangunan Afrika bahkan mengatakan Libya menyimpan uang di bank tersebut sebanyak 260 juta Euro.
Emanuele Santi, penanggung jawab Bank Pembangunan Afrika untuk negara kawasan utara yakin, sementara ini kondisi itu tidak akan berubah, "Libya adalah salah satu investor terpenting bagi bank kami. Menurut saya, Qaddafi tidak akan menarik uangnya dari Bank Pembangunan Afrika. Ia selalu menunjukkan solidaritas dengan benua Afrika dan karena itu ia tidak akan menarik uangnya. Kami juga tidak bermaksud untuk membekukannya."
Kalangan pakar memperhitungkan, investasi yang dilakukan Libya di berbagai negara Afrika bernilai 6 miliar Euro. Perusahaan dan proyek besar tidak sabar lagi menunggu suntikan dana baru dari Libya yang kaya akan minyak itu. Seperti perusahaan telepon genggam Uganda, Telecom. Duapertiga sahamnya berada di tangan sebuah perusahaan investasi Libya dan hutang perusahaan tersebut sudah mencapai hampir 10 juta Dollar AS.
Menurut Helmut Asche, direktur Lembaga Penelitian Afrika di kota Leipzig, Jerman, perusahaan Afrika lainnya juga mengalami kesulitan serupa, "Bila perusahaan-perusahaan itu masih mengharapkan kucuran dana segar dari pemerintah Libya dan perusahaan investasinya, yang perlu dipertanyakan adalah, apakah uang itu akan sampai ke perusahaan tersebut."
Tahun 2010 lalu Qaddafi, yang menyebut dirinya sebagai "Raja segala Raja di Afrika", menjanjikan akan meningkatkan investasi bagi ekonomi Afrika. Negara yang paling banyak menikmati keuntungan dari investasi Libya adalah Burkina Faso, yang terletak di barat Afrika. Di negara inilah Qaddafi memperluas infrastrukturnya dan membangun rumah sakit. Secara tradisional pemerintah Burkina Faso menjalin kemitraan erat dengan diktator Libya.
Mantan pemimpin koalisi oposisi Burkina Faso Hama Arba Diallo bahkan tidak dapat melontarkan kritik tentang Qaddafi, "Investasi besar seperti untuk universitas kami, dengan senang hati Muammar Qaddafi memberikan bantuan. Sementara pemerintah Burkina Faso tidak punya uang untuk membiayai universitasnya. Qaddafi tidak hanya melakukan investasi di Burkina Faso, akan tetapi, juga di negara-negara Afrika lainnya dan kita sangat berterima kasih. Apa yang terjadi di Libya saat ini, menjadi beban buat kita semua. Tidak ada negara di Afrika yang mendapat bantuan dana dari Gaddafi dan tidak berterima kasih padanya."
Melihat kekompakan tersebut dan ketergantungannya pada Libya, tidak mengherankan Gaddafi hampir tidak pernah dikritik oleh negara Afrika lainnya. Tetapi, menurut direktur Lembaga Penelitian Afrika Helmut Asche, negara-negara itu tidak dapat mengandalkan lagi dukungan dari negara Afrika Utara itu. "Hasil uluran tangan Gaddafi tampak di seluruh Afrika. Pertanyaannya, jika terjadi pergantian kepemimpinan, apakah semuanya akan berjalan seperti semula."