REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang Sabtu menolak tuntutan oposisi untuk mundur, mengatakan rezimnya kuat, sementara partai yang berkuasa mengatakan ia harus memegang jabatannya sampai tahun 2013. Di wilayah selatan negara yang dilanda konflik itu, tentara membunuh enam orang yang diduga anggota jaringan Al Qaida.
Saleh, yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun dan sekutu penting Amerika Serikat dalam perangnya terhadap Al Qaida, menghadapi aksi protes di jalan-jalan selama dua bulan dan rezimnya juga menghadapi pembelotan-pembelotan di kalangan pejabat penting militer dan para pemimpin suku dalam dua pekan belakangan ini.
"Kami tetap tabah, kuat seperti gunung-gunung dan tidak akan goyah oleh kejadian-kejadian," kata Saleh kepada para kepala suku sehari setelah mengemukakan kepada massa pendukungnya ia hanya menyerahkan kekuasaan kepada "pemimpin yang dipilih rakyat". "Kekuasaan yang sah akan kuat dan tabah dalam menghadapi tantangan-tantangan dan tidak akan mrngizinkan satu kelompok minoritas kecil menguasai mayoritas rakyat Yaman," kata Saleh.
Partai Kongres Rakyat Umum (HPC) yang dipimpinnya mengatakan presiden harus tetap memerintah. "Tidak bisa diterima dan tidak logis mengenyampingkan legalitas konstitusi atau minoritas memaksakan keinginannya terhadap mayoritas rakyat," kata partai itu.
GPC menuduh oposisi "menutup pintu bagi dialog dan berusaha mengucilkan diri" dan mengatakan massa dalam unjuk rasa solidaritas pada Saleh Jumat berjumlah tiga juta orang. "Kekuasaan hanya akan diserahkan kepada orang-orang yang dipilih rakyat melalui pemilu, satu-satunya jalan bagi satu peralihan kekuasaan secara damai," kata juru bicara partai itu Tareq al Shami kepada AFP setelah pertemuan itu.
"Rakyat memiliki hak untuk memutuskan," kata Shami. "Dengan tidak adanya satu kesepakatan nasional, kami tetap mengikuti proses konstitusional, yang menetapkan pemilihan presiden tahun 2013." Saleh sendiri mengatakan ia hanya akan menyerahkan kekuasaan kepada para pemimpin yang dipilih rakyat ketika berpidato dihadapan para pendukungnya sehari setelah berunding dengan pembelot penting yang tampaknya gagal meredakan krisis itu.
Di wilayah selatan satu sumber keamanan mengatakan tentara menewaskan enam tersangka Al Qaida yang menyerang satu pos di pusat pembangkit listrik di Loder, satu kota di provinsi Abyan yag rawan, pangkalan kelompok garis keras itu. Pasukan pemerintah dan gerilywan Al Qaida terlibat dalam pertempuran di Loder Agustus 2010 yang menewaskan sedikitnya 33 termasuk 19 gerilyawan.
Satu laporan yang dimuat di surat kabar Washington Post Sabtu yang menguutip para pejabat AS mengatakan badan-badan intelijen memperkirakan Al Qaida cabang Yaman mungkin akan segera melancarkan serangan dalam usaha meningkatkan kerusuhan. Juga di selatan, Sabtu, tiga pemimpin oposisi selatan yang ditahan di penjara selama sebulan dibebaskan, kata seorang anggota Gerakan Selatan yang berjuang bagi pemisahan diri atau otonomi yang meningkat.
Ia menyebut mereka mantan diplomat Kassem Askar Jibran, Kassem Othman a Dayri yang memimpin asosiasi veteran tentara, dan pemimpin lokal Gerakan Selatan Ali bin Ali Shukri.