REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA - Partai oposisi Syiah terbesar di Bahrain Wefaq menginginkan Kuwait menengahi perundingan dengan pemerintah untuk mengakhiri konflik politik dan protes yang melanda kerajaan itu, kata sebuah surat kabar Kuwait, Ahad (27/3). Satu delegasi dari Wefaq diperkirakan akan tiba di Kuwait, Ahad, kata surat kabar Al Seyassah mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya.
Delegasi Wefaq itu akan bertemu dengan para politisi Kuwait termasuk ketua parlemen Jassem al Kharafi, kata surat kabar itu. Pasukan Bahrain pada 16 Maret menghentikan pemberontakan oleh para pemrotes sebagian besar dari kelompok Syiah yang memicu raja itu memberlakukan undang-undang darurat dan mendatangkan pasukan dari negara-negara tetangga.
Wefaq dan enam sekutunya mengatakan mereka tidak akan ikut dalam perundingan yang ditawarkan oleh Putra Mahkota Bahrain kecuali pemerintah menarik pasukannya dari jalan-jalan dan membebaskan para tahanan. Mereka juga menginginkan dilakukan reformasi termasuk pembentukan satu parlemen yang dipilih untuk menyusun kembali konstitusi dan satu pemerintah baru yang tidak didominasi para pendukung raja.
Lebih dai 60 persen rakyat Bahrain adalah penganut Syiah, dan sebagian besar mendesak diberlakukan monarki konstitusional, tetapi kelompok-kelompok garis keras menyerukan penggulingan monarki yang membuat geram kelompok Sunni, yang khawatir aksi kekerasan dibantu Iran, yang terpisah dari Bahrain oleh satu jarak yang pendek perairan Teluk Persia itu.