REPUBLIKA.CO.ID,Koalisi pasukan internasional yang melakukan aksi militer di Libya tidak akan mempersenjatai pemberontak yang memerangi pasukan Muamar Gaddafi, Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox menyatakan, Ahad.
Memasok senjata pada kelompok pemberontak untuk membuat daya tembak (mereka) lebih unggul atas pasukan Gaddafi akan melanggar embargo senjata PBB, katanya.
"Kami tidak akan mempersenjatai pemberontak, kami tidak merencanakan untuk mempersenjatai pemberontak," tegas Fox pada televisi BBC dari satu pertemuan NATO di Brussels, tempat aliansi itu tampaknya telah merencanakan untuk mengambil komando operasi militer terhadap pemimpin Libya tersebut.
Ada embargo senjata di seluruh negara Afrika utara itu dan "kita harus menerima hal itu", ia menambahkan.
Komentarnya itu muncul setelah surat kabar Inggris Sunday Times melaporkan bahwa London dan sekutu-sekutunya sedang menyusun rencana untuk mempersenjatai pemberontak Libya guna mempercepat kekalahan Gaddafi, dengan mengutip sumber-sumber pertahanan.
Inggris adalah satu dari beberapa negara yang mengambil bagian dalam intervensi berdasar sebuah resolusi PBB untuk melaksanakan zona larangan terbang dan melindungi penduduk sipil.
Fox lebih lanjut mengatakan bahwa kemajuan belakangan ini yang dibuat oleh pemberontak Libya di sepanjang pantai berarti mereka mungkin bermaksud untuk merebut kendali atas semua kapasitas ekspor minyak negara itu, yang dapat menimbulkan "dinamika yang sangat berbeda".
"Ketika mereka (pemberontak) bergerak mengitari pantai, tentu saja, mereka akan makin menguasai tempat-tempat minyak Libya yang ada dan jika mereka terus bergerak mengitari pantai dari Brega ke Ras Lanuf di pantai itu, hal tersebut berarti mereka akan menguasai hampir sebagian besar dari semua ekspor minyak Libya," katanya.
"Itu akan menghasilkan dinamika yang sangat berbeda dan keseimbangan yang sangat berbeda di Libya. Bagaimana hal itu akan disoroti dari sudut pendapat umum dan rezim Gaddafi masih harus dilihat."
Setelah hampir kehilangan kota Benghazi, markas besar mereka di timur, sebelum serangan udara koalisi dimulai pada 19 Maret lalu, pemberontak sekarang dengan cepat mendesak ke arah barat.
Dalam keberhasilan paling akhir mereka, pemberontak telah merebut kembali kota minyak penting Ras Lanuf dan merebut sebuah desa kecil 50 kilometer di barat yang disebut Bin Jawad.