Kamis 31 Mar 2011 20:45 WIB

Sarkozy Ingin G20 Sepakati Waktu Pelebaran Keranjang 'SDR'

REPUBLIKA.CO.ID,NANJING--Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada Kamis mendesak G20 untuk menyetujui jadwal waktu pelebaran sekeranjang mata uang yang mendasari aset cadangan internasional Dana Moneter Internasional untuk memasukkan yuan Cina. Sarkozy membuat komentar pada awal seminar tentang reformasi sistem moneter global di kota timur Cina, Nanjing, dihadiri oleh para menteri dan gubernur bank sentral dari Kelompok 20 negara industri dan negara berkembang.

Keranjang menentukan nilai dari 'Special Drawing Rights' Dana Moneter Internasional yang sekarang termasuk dolar, euro, yen dan pound. "Bukankah sudah waktunya untuk menyetujui kalender untuk perluasan keranjang SDR untuk mata uang baru dari negara-negara berkembang seperti yuan," kata Sarkozy.

"Kita harus mendukung internasionalisasi tak terelakkan dari mata uang utama dunia. Hal ini tentu saja tidak berarti menyerukan ke pertanyaan penting peran dolar dan euro, yang harus tetap stabil," tambahnya. "Tetapi internasionalisasi mata uang tertentu lainnya sudah merupakan realitas - Saya berpikir terutama yuan, dan saya akan mengambil kesempatan untuk menyambut ambisi pemerintah Cina dalam hal ini."

Dalam pertemuan antara Sarkozy dan Presiden Cina Hu Jintao pada Rabu di Beijing, pihak berwenang Cina mengatakan mereka mendukung "meninggikan dari internasionalisasi yuan," kata seorang pejabat Prancis.

 

Tetapi pihak Cina juga mengatakan ada "beberapa cara untuk naik" sebelum yuan dapat diintegrasikan ke dalam keranjang SDR, menurut sumber Prancis. Prancis ingin SDR memainkan peran yang lebih menonjol dalam reformasi moneter global, yang Sarkozy telah menempatkan di bagian atas agenda, sementara negaranya memegang giliran ketua G20.

Dalam sambutannya, Presiden Prancis menyoroti pentingnya "koordinasi kebijakan nilai tukar internasional", mengutip intervensi oleh Kelompok Tujuh untuk menstabilkan yen Jepang setelah gempa 11 Maret.

sumber : antara/AFP

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement