REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN--Ratusan kaum muda melakukan protes duduk-duduk Jumat di ibukota Yordania untuk menuntut reformasi, seminggu setelah bentrokan antara mereka dengan pendukung pemerintah menewaskan satu orang dan melukai 160 lainnya.
"Enyahkan penindasan. Rakyat menginginkan reformasi rezim dan konstitusi, dan pengadilan para koruptor. Kami menginginkan persatuan nasional," seru 600 anggota Gerakan 24 Maret di luar balai kota Amman, demikian AFP melaporkan.
Sekitar 50 pendukung pemerintah berkumpul di area dekat para demonstran tersebut, membawa gambar besar Raja Abdullah II dan menyatakan "kesetiaan dan kepatuhan" mereka kepada raja dan "komitmen bagi kerajaan."
Hampir 400 polisi dikerahkan, sementara Pusat Nasional untuk Hak Asasi Manusia mengirim wakil sebagai pengamat.
Kelompok 24 Maret kini terutama memasukkan kaum oposisi Islam setelah partai kiri dan nasionalis menarik diri dari gerakan tersebut karena alasan "perbedaan ideologis."
Jumat minggu lalu, seorang pemrotes berusia 55 tahun tewas dan 160 orang terluka ketika polisi membubarkan protes kubu pro-reformasi menyusul serangan lemparan batu oleh kaum loyalis terhadap para demontran muda dekat kementerian dalam negeri.
Menyusul kekerasan tersebut, pemerintah memutuskan untuk melarang para pendukungnya melakukan demonstrasi di ibukota, sementara kaum oposisi diijinkan berdemonstrasi di wilayah yang telah ditentukan khususnya di Amman.
Raja mengecam kekerasan dan bersumpah untuk melawani upaya-upaya yang akan "menyabot" jalannya reformasi negara itu.
Sebuah komite dialog nasional yang ditunjuk pemerintah telah menunda pelaksanaan tugas mereka setelah 15 anggotanya berhenti terkait bentrokan tersebut, namun menyusul pertemuan dengan raja, 12 diantaranya mencabut kembali pengunduran diri mereka.