REPUBLIKA.CO.ID,ABIDJAN— Sedikitnya 800 orang terbunuh dalam pertempuran yang terjadi seminggu terakhir di perkampungan asing Kota Duekoue, pantai Gading. Ha itu di ungkapkan oleh International Committee of the Red Cross (ICRC) pada Sabtu (02/4).
Seperti yang di lansir oleh kantor berita BBC, kekerasan massal terselubung tersebut menewaskan warga yang bermukim di salah satu Distrik. “Ada indikasi kekerasan tersebut merupakan perang antar-suku,” kata Dorothea Krimitsas, juru bicara untuk ICRC. Kepala ICRC yang bertugas untuk wilayah tersebut mengatakan peristiwa tersebut sangat mengejutkan dan terlampau sadis. Semenatra itu, pertempuran antara pasukan pembela PBB yang bersama dangan Presiden Alassane Ouattara dan saingannya Laurent Gbagbo.
Kemenangan Ouattara atas putaran pemilihan umum November lalu di duga menjadi penyebab terjadinya bentrokan tersebut. Sementara Gbagbo yang tidak terima atas kemenangan tersebut dan mengklaim kemenangan milik dirinya, menolak unruk meninggalkan parlemen. Selama satu tahun belakangan, Ouattara lah Presiden yang diakui secara sah oleh dunia Internasional.
ICRC mengaku telah mengirimkan beberapa delegasi dan relawannya dari Palang Merah Gading ke wilayah Duekoue semenjak kamis lalu untuk menangani korban jiwa di wialyah tersebut. Dorothea mengatakan kepada AFP bahwa terjadi sesuatu dalam skala besar yang tanpa ampun menimpa kota tersebut, sementara tim ICRC masih mengorek informasi. Ia menambahkan, timnya menyaksikan tubuh-tubuh bergelimpangan dalam jumlah yang besar. Tim ICRC membawa 28 mayat ke pemakaman lokal dan dapat di mungkinkan jumlahnya akan semakin bertambah.
Kepala delegasi ICRC untuk wilayah Duekoue memastikan kelompok yang berada dalam konflik berada di abwah pengawasannya dan harus di lindungi dari ancaman sekitar. Sebuah organisasi Genewa mengatakan, sepuluh dari ribuan wanita, laki-laki dan anak-anak melarikan diri dari pertempuran yang terjadi di Genewa semenjak Senin lalu. Sementara itu, Kota Duekoue berada pada wilyah strategis di sebelah barat Pantai Gading, te;ah berada di bawah kekuasaan pasukan pendukung Ouattara semenjak Selasa lalu. The International Organisation for Migration (IOM) mengatakan, sebagian warga Duekoue memilih pondah ke kota terdekat, Guiglo. Karena khawatir hidupnya terancam.