Jumat 08 Apr 2011 06:47 WIB

Jenderal AS: Mustahil, Pemberontak Gulingkan Qaddafi!

Qaddafi
Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Seorang jenderal senior AS mengatakan, Kamis, pemberontak Libya tidak mungkin bisa melancarkan serangan ke Tripoli dan menggulingkan Presiden Moamer Qaddafi. Ketika ditanya pada dengar pendapat Senat mengenai peluang oposisi bisa menyerang Tripoli dan mengganti Qaddafi, Jenderal Carter Ham, panglima Komando Afrika AS, mengatakan, "Tuan, saya menilai hal itu sebagai satu kemungkinan sangat kecil."

Pernyataannya itu menggarisbawahi kekhawatiran yang meningkat di Washington dan sejumlah ibukota negara Eropa bahwa konflik di Libya bergerak menuju sebuah kebuntuan, dimana Kadhafi tetap mengendalikan kuat Tripoli dan pemberontak yang tersusun kacau tidak bisa mengubah keadaan, bahkan dengan bantuan serangan-serangan udara pimpinan NATO. Jenderal Carter Ham, yang memimpin tahap pertama serangan udara internasional di Libya, mengatakan, serangan-serangan bom telah mengurangi kemampuan rejim Libya menyerang warga sipil -- kecuali di kota terkepung Misrata.

Serangan-serangan udara yang dilancarkan pada 18 Maret "mengurangi secara berarti" kemampuan rezim "menyerang warga sipil, kecuali di Misrata," kata jendral tersebut. Pemberontak berusaha mempertahankan Misrata, kota ketiga Libya yang kini dikepung pasukan pemerintah yang memiliki persenjataan lebih baik.

Ham mengatakan, Qaddafi telah memindahkan tank-tank dan pasukan ke bagian-bagian kota itu dan membuat serangan udara semakin sulit dilakukan karena bisa membahayakan penduduk sipil.

Militer AS menarik jet-jet tempur pekan ini dari operasi udara yang memperoleh mandat PBB dan NATO mengambil alih komando operasi, yang dirancang untuk melindungi penduduk sipil dari serangan pasukan pemerintah.

Sejumlah pemimpin Barat mendesak Qaddafi, yang berkuasa selama lebih dari empat dasawarsa, mengundurkan diri di tengah pemberontakan mematikan terhadap pemerintahnya. Namun, ia menolak seruan itu. Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada Kamis lalu (17/3).

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Qaddafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu. Qaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Qaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement